tmtimes.id – Ketika Indonesia masih berjuang keras menurunkan kurva pandemi COVID-19, Taiwan mengungkap kekecewaan dan kemarahannya kepada badan kesehatan dunia (WHO). Penyebabnya gara-gara tidak diundang rapat.
Dikutip dari CNBC, Taiwan sudah melobi WHO supaya diundang ke acara World Health Assembly ke-73, sebagai salah satu peninjau setelah berhasil menangani pandemi COVID-19.
Namun lobi Taiwan itu mendapat penentangan keras dari China yang mengklaim Taiwan sebagai provinsi sah China, yang berarti dia tidak punya hak untuk memiliki perwakilan diplomatik.
Masih mengutip CNBC, Deputi Direktur Jenderal Taiwan Centers for Disease Control Yi-Chun Lo mengatakan betapa kecewa dan marahnya Taiwan karena keputusan WHO yang tidak mengundang Taiwan untuk bergabung di World Health Assembly ke-73 tahun ini.
“(Padahal) menurut kami, kami punya banyak sekali (informasi) untuk dibagi, (terutama) tentang pengalaman kesuksesan dalam hal merespon pandemi COVID-19,” katanya.
Meski negaranya berada dekat sekali dengan China, Taiwan sudah berhasil mendemonstrasikan keberhasilan mengangani COVID-19.
Di Taiwan, kasus positif COVID-19 menyentuh angka 440 kasus dengan 7 kematian. Taiwan dianggap berhasil karena tidak membiarkan kasus infeksi meluas.
World Health Assembly ke-73 dimulai pada Senin lalu. Pertemuan itu selalu dianggap sebagai konferensi dimana sejumlah keputusan penting WHO dilahirkan.
Baca Juga:
Wajib Pakai Masker di Transjakarta: Seperti apa Tipe Masker yang Harus Dipakai?
Pertemuan itu biasanya diselenggarakan di Jenewa, Swiss dan dihadiri 194 negara anggota WHO. Tahun ini World Health Assembly diselenggarakan dalam waktu singkat dan diadakan secara virtual.
Di tempat lain, Presiden China Xi Jinping menyiapkan lebih dari $2 triliun selama dua tahun yang akan digunakan untuk membantu negara lain menghadapi dampak virus korona.
Penulis: Pemburu Berita
Sumber:
- CNBC.com. Taiwan ‘disappointed and angry’ about being excluded from WHO meeting, says it is developing its own coronavirus vaccine
- CNBC.com. China’s Xi pledges $2 billion to help fight coronavirus