the Monkey Times – Pengumuman mengenai penghapusan Ujian Nasional (UN) sudah dilakukan pada Desember 2019 silam. Waktu itu Presiden Jokowi menegaskan UN resmi ditiadakan dari sistem pendidikan Indonesia mulai 2021 mendatang.
Mengikuti keputusan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan rencana penerapan Asesmen Nasional pada 2021.
Asesmen Nasional tersebut bukan hanya diperlakukan sebagai pengganti Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) maupun UN.
Lebih dari itu, “sebagai penanda perubahan paradigma tentang evaluasi pendidikan”, demikian rilisan tertulis yang tayang di laman Kemdikbud.
Asesmen Nasional untuk mempercepat perbaikan
Asesmen Nasional menyertakan perubahan mendasar, dimana evaluasi terhadap siswa tidak lagi dilakukan secara individu. Yang dilakukan Kemendikbud nantinya adalah melakukan evaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa hasil, proses, dan input.
“Potret layanan dan kinerja setiap sekolah dari hasil Asesmen Nasional ini kemudian menjadi cermin untuk kita bersama-sama melakukan refleksi mempercepat perbaikan mutu pendidikan Indonesia,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, seperti dikutip laman Kemdikbud.
Pada dasarnya Asesmen Nasional 2021 nantinya akan memetakan mutu pendidikan di seluruh tingkat sekolah, mulai dari dasar hingga menengah.
Ada tiga bagian asesmen nasional yang meliputi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, serta Survei Lingkungan Belajar.
Lebih jauh lagi, capaian peserta didik berdasarkan AKM dirancang untuk menilai hasil belajar kognitif siswa, yang menurut Kemendikbud dinilai berdasarkan kemampuan numerasi dan literasi.
Keduanya sekaligus diperlakukan sebagai aspek minimum, atau syarat yang diberikan kepada siswa supaya mereka bisa memberi kontribusi di masyarakat.
Mengutip Nadiem kembali, fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak kemudian mengecilkan arti penting mata pelajaran karena justru membantu murid mempelajari bidang ilmu lain terutama untuk berpikir dan mencerna informasi dalam bentuk tertulis dan dalam bantuk angka atau secara kuantitatif.
Di bagian berikutnya ada survei karakter yang dipakai untuk mengukur capaian siswa berdasarkan faktor sosial-emosional. Dengan mengacu bagian ini, Nadiem mengatakan rancangan survei karakter dipakai untuk menghasilkan Profil Pelajar Pancasila.
Dan mereka – menurut Kemendikbud – adalah pelajar yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.
Terakhir adalah bagian ketiga Asesmen Nasional, yakni survei lingkungan belajar yang akan mengevaluasi kualitas pembelajaran di sekolah berdasarkan aspek pendukungan.
Nadiem mengatakan hasil Asesmen Nasional tidak membawa konsekuensi khusus buat sekolah, karena laporan hasil asesmen nantinya dipakai untuk menjelaskan profil kekuatan tiap sekolah dan daerah.
Nadiem mengatakan pihak sekolah, orang tua murid, dan murid nantinya tidak perlu melakukan persiapan khusus untuk menghadapi Asesmen Nasional 2021.
“(T)idak perlu bimbel khusus demi Asesmen Nasional,” kata Nadiem.