tmtimes.id – Kalau kamu bertanya dengan nada bicara formal kepada pejabat Indonesia, tentang anak kandung babak belur yang walaupun sedang terpuruk tapi tetap disayang, hampir pasti jawabannya adalah: pariwisata.
Detik sempat melansir sebuah kabar yang bercerita kepada kita tentang kondisi pariwisata di Indonesia yang memang berjalan terseok-seok di tengah pandemi COVID-19.
Ambil contoh destinasi wisata populer seperti Yogyakarta, misalnya. Detik mencatat bahwa sektor pariwisata di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kerugian hampir Rp81 miliar selama bulan Maret sampai 16 April.
Masih mengutip data dari Detik, 575 hotel di Jawa Barat ditutup dan 25 ribu karyawan dirumahkan. Di Bali, 90% hotel yang beroperasi di pulau dewata itu sudah menghentikan kegiatannya.
Kalau mau dibayangkan betapa babak belurnya sektor pariwisata Indonesia, kita mesti memperhatikan angka fantastis ini: Indonesia kehilangan devisa sebesar Rp140 triliun dari sektor pariwisata!
Anak kandung babak belur, pariwisata Indonesia tetap disayang
Walau sedang babak belur, toh pariwisata Indonesia tetap disayang. Kemungkinan besar karena sektor ini menyumbang devisa yang sangat besar.
Tahun lalu pariwisata Indonesia menyumbang devisa sebanyak Rp280 triliun. Jadi wajar kalau bapak Pemerintah Indonesia panik ketika anaknya nggak bisa lagi diandelin di tengah pandemi COVID-19.
Jauh sebelum wacana kelaziman baru digaungkan, Presiden Jokowi sudah mempersiapkan 3 langkah menyelamatkan pariwisata Indonesia.
Baca Juga:
- Pemerintah: Hanya Daerah dengan Nol Kasus COVID-19 yang Pantas Mengukuhkan Kelaziman Baru
- Kelaziman Baru di Tengah Wacana Ketakutan akan Virus
Pertama adalah menyediakan program perlindungan sosial bagi pekerja pariwisata. Kedua melakukan relokasi anggaran yang ada, dan dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ketiga menyiapkan stimulus ekonomi bagi para pengusaha di sektor pariwisata.
Di tengah gencar-gencarnya wacana kelaziman baru, anak kandung bernama pariwisata Indonesia pun terus menerus didorong supaya bisa memulihkan diri.
Bagaimana pemerintah mendorong wacana pemulihan di sektor pariwisata
Sama seperti wacana kelaziman baru yang akhir-akhir ini gaungnya semakin kencang terdengar, sektor pariwisata pun didorong untuk beradaptasi dengan kelaziman baru.
“Kita perlu mengedukasi industri (pariwisata) tentang panduan kelaziman baru. Kemudian kita harus melakukan ujicoba dan simulasi, seluruhnya diawasi untuk memastikan semua orang mengikuti protokol kesehatan,” kata Presiden Jokowi dalam rapat kabinet daring pada Kamis (28/5), sebagaimana dikutip Jakarta Globe.
Pendek kata, sektor industri pariwisata mesti bertansformasi, dengan beradaptasi dan patuh pada protokol kesehatan untuk menanggulangi COVID-19.
Masih mengutip Jakarta Globe, Jokowi juga mengingatkan bahwa kita mesti siap dengan inovasi baru (di bidang pariwisata) supaya bisa beradaptasi dengan tren global.
Sekilas pandang kita bisa bertanya memangnya seperti apa sih tren global di bidang pariwisata?
Tidak terlalu jelas.
Namun apabila kita mengacu pada World Tourism Organization, setidaknya ada keterangan penting: industri pariwisata tetap harus dikelola dengan mengacu pada protokol kesehatan yang dirancang WHO.
“Sektor turisme berkomitmen untuk menempatkan kesehatan orang banyak sebagai prioritas,” seperti dikutip dari laman World Tourism Organization.
Dengan kata lain, World Tourism Organization menyarankan supaya kita semua menempatkan (kesehatan) orang-orang sebagai prioritas.
Lebih jauh lagi, World Tourism Organization juga mengatakan bahwa tanggung jawab individual sebagai sesuatu yang penting.
Para pelancong dan turis – dimana pun kalian berada – hendaknya belajar mempersiapkan praktik dasar pencegahan COVID-19.
- Cucilah tanganmu
- Memperhatikan etika batuk yang pantas
- Menunda perjalanan bila sakit
- Menghindari kontak dengan orang lain yang menderita penyakit pernapasan akut
Membayangkan dunia “baru”
Walau begitu, anjuran yang dilontarkan World Tourism Organization masih terasa parsial, karena himbauan itu ditujukan untuk individual.
Sementara kalau kita berbicara industri pariwisata, berarti kita berbicara dalam lingkup medan yang jauh lebih luas.
Jakarta Post sempat menurunkan laporan tentang strategi pemerintah Indonesia dalam rangka mensukseskan rencana membuka sektor pariwisata.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan sektor turisme memerlukan waktu sekitar satu bulan setelah daerah menerapkan fase ‘new normal’.
Walaupun belum merinci dengan jelas apa strategi untuk menghadapi kelaziman baru pariwisata, Wishnutama mengaku sedang mempersiapkan SOP untuk berbagai sektor di bidang turisme dan ekonomi kreatif.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga berkoordinasi dengan Garuda Indonesia dan berbagai hotel untuk mempersiapkan paket wisata dengan harga murah untuk menarik perhatian pelancong.
Itu semua dilakukan sebagai strategi yang bakal diimplementasikan ketika berbagai tujuan wisata dibuka di seluruh Indonesia.
Namun lagi-lagi, apakah pemerintah perlu terburu-buru membuka pintu pariwisata disaat jumlah penderita positif COVID-19 masih tinggi?
Buru-buru Jokowi menjawab …
“Dimulai ketika waktunya tiba, tolong dipahami bahwa ini semua tidak perlu (dilakukan) terburu-buru. Ikuti langkah-langkah yang saya sebutkan dengan baik,” kata Presiden Jokowi seperti dikutip Tempo Inggris.
(tmtimes.id – Warta)
Penulis: Pemburu Berita
Sumber:
- jakartaglobe.id. Jokowi Says Tourism Industry Must Transform for ‘New Normal’
- unwto.org. COVID-19 Response
- en.tempo.co. Jokowi Advises Against Premature Opening of Tourism Sector
- pikiran-rakyat.com. 3 Langkah Jokowi Selamatkan Pariwisata Indonesia di Tengah Pandemi COVID-19
- travel.detik.com. Data Efek Virus Corona ke Wisata RI per 23 April 2020