the Monkey Times – Selepas hengkang dari The Beatles, George Harrison semakin mantap meniti jalan solo karier. Triple album bertajuk “All Thing Must Past” (1970) pun lantas ia lempar ke publik.
Sambutan khalayak terhadap album tersebut sangat positif. Dari berbagai single yang ada di album itu, My Sweet Lord menjadi yang paling diminati. Di awal perilisannya, lagu ini berhasil memuncaki sejumlah tangga lagu di Amerika Serikat dan Inggris, sehingga lagu ini pun dianggap lagu paling hits dari mantan personel The Beatles.
Dibuat Sebelum The Beatles Bubar
My Sweet Lord sebetulnya sudah dibuat oleh George setahun sebelum The Beatles resmi bubar. Dam pengerjaannya, ia mengajak Billy Preston dan Eric Clapton sebagai kolaborator. Inspirasi utama lagu ini adalah lagu gospel bertajuk Here Me Lord, serta pesan dari Swami Vivekananda yang isinya adalah “if there’s a God, we must see Him. And if there is a soul, we must perceive it“.
Pesan tersebut nantinya memicu George untuk menulis salah satu lirik kunci di lagu My Sweet Lord, yaitu “I really want to see you/Really want to be with you/Really want to see you, Lord/But it takes so long, my Lord“.
Butuh berbulan-bulan bagi George untuk merampungkan proses penciptaan lagu ini. Selain Billy Preston dan Eric Clapton, ia juga melibatkan banyak musisi untuk memperkaya aransemen lagunya.
Khusus untuk Billy, ia tak hanya membantu proses terciptanya lagu tersebut. Ia pun juga merilis cover version dari lagu tersebut. Tak seperti versi George, My Sweet Lord versi Billy punya nuansa gospel yang lebih kuat.
Salah Satu Cetak Biru Musik George Harrison
Boleh dibilang kalau My Sweet Lord merupakan lagu yang menjaid cetak biru bagi musik-musik George Harrison, khususnya selepas ia cabut dari The Beatles. Sejumlah ciri khas musik George tersaji di lagu ini, mulai dari gitar akustik yang dominan, isian slide gitar yang tipis namun efektif, serta lirik bernapaskan spiritual.
Lirik pada My Sweet Lord sendiri boleh dibilang punya keistimewaan tersendiri dibanding lirik-lirik lagu lain milik George.
Pasalnya, lirik lagunya mengandung ucapan atau mantra-mantra dari berbagai agama, semisal Hallelujah dan Hare Krishna. Uniknya, kehadiran mantra-mantra tersebut justru membuat lagunya begitu universal alih-alih jatuh jadi lagu religi yang eksklusif untuk kalangan tertentu.
Hal itu sesuai dengan pernyataan Ian Inglis dalam bukunya “The Words and Music of George Harrison. Di buku itu, ia berujar, “Lirik (My Sweet Lord, -pen) tidak diarahkan secara spesifik untuk Tuhan pada agama tertentu, melainkan merujuk pada sosok Tuhan yang satu tanpa terikat interpretasi dari agama mana pun.
Kita semua (baik yang beragama Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Buddha, atau agama apa pun) bisa menyapa Tuhan kita dengan memakai frasa yang sama (my sweet lord).”
Satu Kontroversi yang Menodai Berbagai Torehan Prestasi
Seperti lagu-lagu berkualitas lainnya, My Sweet Lord berhasil meraih kesuksesan secara komersial. Lagu ini pun juga rajin di ranking teratas tangga lagu, serta masuk daftar lagu terbaik sepanjang masa dari berbagai media. Sayang, berbagai raihan prestasi itu harus ternoda oleh satu kontroversi.
Pada 10 Februari 1971, perusahaan musik bernama Bright Tunes Music menggugat George ke pengadilan dengan tuduhan plagiarisme. Perusahaan musik itu menuduh kalau My Sweet Lord menjiplak lagu He’s So Fine dari Ronnie Mark. Kasus ini pun lantas diliput sejumlah media dengan titel “Bright Tunes vs Harrisong”.
Pada 23 Februari 1976, George pun datang ke pengadilan dengan membawa gitar guna mendemonstrasikan bagaimana cara ia membuat lagu My Sweet Lord. Menurut penasehat George, lagu tersebut dibuat oleh George berdasarkan inspirasi yang ia dapat saat mendengarkan lagu himne ternama yang berjudul Oh Happy Day.
Tujuh bulan setelah itu, pengadilan memutuskan kalau George secara tak sadar telah menjiplak lagu He’s So Fine dalam proses pembuatan lagu My Sweet Lord. Ia pun juga terbukti punya akses pada lagu garapan Ronnie Mark itu.
Menurut hukum, apa yang dilakukan George itu tetap salah walau dilakukan tanpa sadar. George pun harus menerima putusan hakim itu, serta wajib membayar denda sebesar USD 1.599.987 ke pihak Bright Tunes.
George tetap menghormati putusan hakim itu, meski ia tentu merasa kesal. Alih-alih melakukan hal tak pantas, George justru melampiaskan kekesalannya tersebut dengan menciptakan lagu bertajuk This Song.
Lagu yang dirilis 15 November 1976 itu menggambarkan bagaimana proses persidangan yang dijalani George, serta ungkapan kekesalan George pada pihak Bright Tunes. Hal itu tercermin pada lirik “This tune has nothing ‘Bright’ about it“, serta video klip pada lagu tersebut.
Dibuatkan Video Klip Khusus
Guna memperingati 50 tahun perilisan All Thing Must Pass, My Sweet Lord pun lantas dibuatkan video klip khusus. Sederet nama-nama menjadi model video klipnya. Semisal Jeff Lynne, Ringo Starr, serta Olivia Harrison dan Dhani Harrison yang notabene adalah istri dan anak George.
Video klip sepanjang 7 menit lebih itu dieksekusi dengan pendekatan a la film pendek. Video klip tersebut kini sudah bisa disimak di kanal YouTube resmi milik George Harrison.