Menggeluti jurnalisme musik merupakan pilihan paling ideal. Apalagi, bila kamu suka dunia jurnalistik sekaligus pendengar musik yang tekun. Tak peduli apakah kamu jago main alat musik maupun tidak.
Di Indonesia, sudah banyak tokoh yang menggeluti dunia jurnalisme tersebut. Soleh Solihun, Fakhri Zakaria, dan Idhar Resmadi adalah tiga nama di antaranya. Khusus nama terakhir, beliau punya satu buku yang layak untuk kamu baca.
Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya adalah buku yang dimaksud. Buku yang dirilis pada 2018 lalu ini cocok untuk kamu yang punya minat di musik atau jurnalisme musik. Ada banyak bahasan menarik dalam buku setebal 198 halaman ini.
Buku Ketiga Idhar yang Bertema Musik
Jurnalisme musik dan selingkar wilayahnya merupakan buku kedua Idhar yang bertema musik. Adapun buku pertama dan kedua adalah Music Record Indie Label (2008) dan Based on True Story Pure Saturday (2013).
Buku pertama merupakan sebuah “panduan” bagi mereka yang hendak merekam karya musiknya. Terutama, bila mereka merupakan musisi di jalur independen. Dikatakan demikian lantaran banyaknya informasi bermanfaat buku ini yang kelak bisa diaplikasikan para musisi independen. Khususnya, saat hendak mereka karyanya nanti.
Adapun buku kedua merupakan biografi dari Pure Saturday. Sebuah grup musik legendaris di Bandung yang juga penggerak skena musik independen di sana.
Dari Sejarah Jurnalisme Musik hingga Seperti Apa Masa Depannya Nanti
Ada beberapa pembahasan menarik buku ini yang termaktub dalam delapan bab. Adapun yang pertama kali menjadi bahasan adalah sejarah jurnalisme musik di Indonesia. Meletakkan sejarah jurnalisme musik di bagian awal merupakan langkah tepat. Sebab, bagaimana pun juga, mempelajari sejarah jurnalisme musik harus menjadi modal awal yang dimiliki oleh jurnalis musik untuk melakoni profesinya.
Di bab-bab setelahnya, Idhar membahas beragam hal yang terkait dengan industri, media, dan musik itu sendiri. Mulai dari bagaimana kontribusi industri dalam memajukan musik, peran media dalam memperkenalkan dan mempropagandakan musik, hingga bagaimana selera musik masyarakat terbentuk.
Pembahasan selera musik adalah yang paling menarik menurut saya. Pembahasan yang ada di bab lima itu bakal membuatmu paham mengapa selera musik orang bisa berbeda-beda.
Lewat pembahasan itu pula, kamu bakal tahu salah satu polemik terpanas yang terjadi di sejarah musik Indonesia. Polemik tersebut tak lain adalah perseteruan antara musik rock dan dangdut.
Perseteruan yang dijuluki Gedongan vs Kampungan itu dimulai dari majalah Aktuil yang terlalu memuja musik rock dan pop barat. Majalah yang sempat digawangi Remy Sylado itu menganggap musik rock dan pop barat sebagai musik “gedongan”. Dan sebaliknya, dangdut mereka anggap sebagai musik orang-orang “kampungan”.
Bahasa yang Renyah serta Dilengkapi Gambar dan Infografis
Meski padat bahasan, kamu takkan bosan membaca buku ini. Soalnya, buku ini ditulis Idhar dengan gaya tulisan yang enak dibaca. Ini sesuai dengan testimoni Denny MR dalam buku karangan dosen Telkom University itu.
“Cara bertuturnya (Idhar) yang mengalir dan renyah menunjukkan bahwa Idhar Resmadi sangat menguasai permasalahan…” ujar Denny.
Kelebihan lainnya buku ini adalah kehadiran sejumlah gambar dan infografis. Gambar-gambar dan infografis itu bisa kamu temukan di tiap babnya. Kehadiran gambar-gambar dan infografis itu membuat buku ini semakin enak dibaca, serta mampu memberi beberapa informasi baru bagi pembaca.
Buku ini tak hanya cocok bagi yang berminat jadi jurnalis musik saja. Mereka yang awam pun juga layak untuk membacanya. Pastikan untuk membaca buku ini di kala santai, agar kamu bisa menelaah lebih dalam semua bahasan di dalamnya. Selamat membaca!