the Monkey Times – Tak sedikit aktor berbakat yang hidupnya harus berakhir karena overdosis obat-obatan terlarang. Padahal, sang aktor punya talenta yang bagus, serta karier yang cukup panjang. River Phoenix adalah salah satu contohnya.
Kakak dari Joaquin Phoenix ini tewas pada 1993 akibat overdosis obat-obatan terlarang. Kematian aktor yang juga sahabat Keanu Reeves ini disesali banyak orang, lantaran saat itu dia mati di usia 23 tahun. Usia yang terhitung amat muda bagi seorang aktor.
Selain River, ada satu aktor berbakat lainnya yang meninggal akibat overdosis. Philip Seymour Hoffman adalah yang dimaksud.
Aktor kelahiran New York ini memang tidak mati muda seperti River. Namun, kematiannya tetap disesali banyak pihak lantaran kemampuan akting yang dia miliki.
Sebetulnya Ingin Jadi Atlet
Aktor bukanlah cita-cita utama Hoffman saat dia kecil. Cita-cita utamanya saat itu adalah menjadi atlet, terutama atlet basket dan gulat. Namun, semua berubah saat usianya menginjak 12 tahun.
Saat itu, dia menyaksikan pertunjukan teater bertajuk All My Sons karya Arthur Miller. Saat itu, ketertarikannya akan dunia akting pun mulai bertumbuh. “Saya diubah–diubah secara permanen–oleh pengalaman itu (menonton All My Sons). Itu seperti keajaiban bagi saya,” ujar Hoffman ke New York Times pada 2008 silam.
Ketertarikan Hoffman pada akting didukung oleh sang ibu. Hal itu dibuktikan dengan dimasukkannya Hoffman ke sebuah klub drama saat Hoffman berusia 14 tahun.
Keseriusan Hoffman akan akting membawanya untuk mengikuti sejumlah pendidikan formal di dunia seni peran. Salah satunya dengan berkuliah di Tisch School of The Arts New York University.
Scent of a Women dan Paul Thomas Anderson yang Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama
Sebelum menjadi aktor film, Hoffman sempat bermain di beberapa teater broadway dan serial TV. Adapun film pertama yang dia bintangi adalah Scent of a Woman (1992).
Di film itu, Hoffman memainkan peran kecil sebagai George Willis Jr. Di debut aktingnya itu, Hoffman harus beradu akting dengan beberapa aktor berpengalaman. Salah satunya adalah Al Pacino yang menjadi pemeran utama di Scent of a Woman.
Walaupun peran yang dimainkan tergolong kecil, peran tersebut justru memantik kekaguman salah satu sutradara ternama, Paul Thomas Anderson. Sutradara yang akrab disapa PTA mengaku langsung “jatuh cinta” kepada Hoffman pada pandangan pertama.
Tentu saja “jatuh cinta” yang dimaksud PTA harus dikerangkeng dalam makna kiasan. Artinya, dia jatuh cinta kepada akting Hoffman.
“Ketika saya melihatnya (Hoffman) pertama kali di Scent of a Woman, saya langsung menyadari kalau cinta sejati itu ternyata ada… Saya merasa jatuh cinta pada pandangan pertama. Itu adalah perasaan yang paling aneh saat duduk di bioskop dan berpikir ‘dia untuk saya dan saya untuknya’,” ujar PTA yang dilansir dari Vanity Fair.
Kerjasama Jangka Panjang dengan Paul Thomas Anderson
Semenjak Scent of a Woman, Hoffman pun mulai diajak berkolaborasi oleh Paul Thomas Anderson. Bisa dibilang kalau Hoffman adalah satu-satunya aktor yang paling banyak bermain di film-film PTA.
Kerjasama keduanya terjadi di film pertama Anderson, Hard Eight (1996). Di film itu, Hoffman memainkan peran kecil sebagai pemain craps muda.
Selama bekerja sama dengan Anderson, Hoffman lebih sering mendapatkan peran pendukung atau peran-peran yang kecil. Meski begitu, kehadiran Hoffman justru memberi warna tersendiri di film-filmnya Anderson.
Boogie Nights (1997) adalah contohnya. Di film itu, Hoffman berperan sebagai Scott J. seorang lightingman film porno dengan gayanya yang agak sedikit ngondek.
Dari sekian film harsil kerjasama, The Master (2012) adalah film dengan peran yang krusial bagi Hoffman. Di film itu, dia berperan sebagai Lancaster Dodd. Sosok pemimpin sekte sesat yang memiliki kharisma tersendiri.
Capote dan Piala Oscar Satu-Satunya
Tak hanya di film-film Anderson, Hoffman pun sering kebagian peran pendukung di film-film lainnya. Kendati begitu, Hoffman juga pernah sekali-dua kali mendapatkan peran utama di sebuah flm.
Capote (2005) adalah salah satunya. Pada film biografi garapan Bennett Miller itu, Hoffman berperan sebagai Truman Capote. Seorang penulis legendaris Amerika.
Akting Hoffman sebagai Truman Capote sangat apik di film tersebut. Menurut voters di situs Rotten Tomatoes, Hoffman dianggap berhasil memberikan penampilan memukau, serta mampu menggambarkan sosok Capote di fase hidupnya yang paling sensasional.
Sementara itu, menurut analisis AkuAktor, Hoffman berhasil menciptakan sosok Hoffman secara detail. Kendatipun wajahnya tidak terlalu mirip dengan Capote. Ciptaan detail itu bisa dilihat dari gestur tubuh, warna suara, serta bentuk mulut Hoffman saat menjadi sosok Capote.
Berkat kegemilangannya di Capote, Hoffman pun berhasil menyabet Piala Oscar untuk kategori Best Actor in Leading Role pada 2006 silam. Mengalahkan Heath Ledger dan Joaquin Phoenix yang saat itu namanya mulai menanjak. Capaian itu menjadi satu-satunya yang diraih Hoffman selama karier keaktorannya.
Aktor Serba Bisa
Philip Seymour Hoffman mungkin bukan aktor tampan seperti Leonardo Di Caprio, Brad Pitt, ataupun Tom Cruise. Tetapi, aktor kelahiran 23 Juli 1967 ini punya kelebihan tersendiri yang bikin dia istimewa.
Hoffman mampu memerankan tokoh apa pun secara sempurna. Saking sempurnanya, orang pasti tak menyangka kalau tokoh tersebut diperankan oleh Seymour Hoffman. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan David Fear di Rolling Stone.
“Philip Seymour Hoffman memiliki jangkauan yang tampaknya mencakup semuanya (peran), dan dia dapat menghidupkan kehidupan tokoh yang dia perankan.
Mulai dari penulis terkenal, bangsawan pesta yang doyan keliling dunia, pemimpin sekte sesat yang kharismatik, hingga seorang jenius yang merencanakan game kematian di era distopia,” ujarnya.
Masih menurut David, Seymour Hoffman tak hanya pandai memainkan beragam macam peran. Tetapi, juga luwes bermain di berbagai jenis film, entah itu film indie maupun box office.
“Dia (Hoffman) bisa menambahkan bobot nilai pada film art house berbudjet rendah, serta nuansa ketidakpastian dalam film franchise blockbuster.
Dia adalah aktor transformatif yang bekerja dari dalam ke luar, serta diberkahi dengan transparansi emosional yang menyegarkan, menarik, terkesan menghancurkan, dan luar biasa,” ujar Senior Editor Rolling Stone itu.
Tewas Akibat Overdosis
Sayangnya, semua kehebatan Philip Seymour Hoffman sudah tak bisa kita lihat lagi. Pada 2 Februari 2014, Hoffman ditemukan tewas di sebuah kamar mandi apartemennya. Jasadnya ditemukan oleh sahabatnya sendiri, David Bar Katz.
Dari penyidikan pihak bewarjib, kematian Hoffman disebabkan overdosis dari berbagai campuran obat-obatan terlarang.
Kematian itu disesali oleh semua pihak. Mulai dari pegiat film hingga penggemar. Pada 7 Februari 2014, Hoffman resmi dimakamkan.
Pemakaman itu dihadiri oleh sejumlah sines Hollywood kenamaan, sperti Cate Blanchett, Julianne Moore, dan Joaquin Phoenix.
Philip Seymour Hoffman barangkali sudah tiada. Namun, karya-karyanya akan selalu dikenang. Apalagi, salah satu anaknya, Cooper Seymour Hoffman, mulai mengikuti jejaknya sebagai aktor.
Kabar terbaru tentang Cooper? Dia akan bermain di film terbaru Paul Thomas Anderson, sutradara yang begitu mencintai Hoffman.