the Monkey Times – “The actor whose voice you recognize“, seperti itulah kalimat yang tertulis di bio Instagram aktor kelahiran 1 Juni 1937, Morgan Freeman. Sang aktor memang dikenal publik lewat suaranya yang khas.
Berkat suaranya itu, ia pun lazim ditawari untuk menjadi narator untuk berbagai macam film, mulai dari film fiksi sampai dokumenter.
Freeman sendiri tak hanya sekadar aktor bermodal suara saja. Ia pun juga punya kemampuan akting mumpuni yang membawanya meraih sejumlah nominasi dan penghargaan, mulai dari Golden Globe sampai Academy Awards.
Debut di Usia 27, Bersinar di Usia 50
Boleh dibilang kalau Freeman merupakan salah satu aktor yang masuk golongan ‘late bloomer‘ alias aktor yang menjalani debut dan sukses di usia yang tergolong tua. Debut aktingnya di mulai saat usianya menginjak angka 27 tahun. Di usianya itu, ia tampil sebagai figuran di film The Pawnbroker (1964).
Selepas debutnya itu, ia terus mendapatkan peran figuran hingga 1968. Pada 1971 dan setelahnya, Freeman pun mulai mendapatkan kepercayaan sebagai supporting role untuk berbagai film.
Layaknya Christoph Waltz, sinar keaktoran Freeman pun baru menyala saat usianya menginjak angka 50. Di usianya itu, ia tampil apik sebagai Fast Black di film Street Smart (1987).
Berkat peran yang ia mainkan itu, ia pun berhasil mendapatkan nominasi Academy Awards untuk pertama kalinya di kategori Best Supporting Role. Tak seberuntung Waltz, Freeman gagal memenangkan nominasi perdananya tersebut.
Walau begitu, reputasi Freeman di ranah akting kian diakui selepas Street Smart. Ia pun banyak bermain di berbagai film berkualitas, salah satunya yang ikonik adalah Shawshank Redemption (1994). Di film itu, Freeman mendapat dua tugas sekaligus, yakni sebagai pemeran tokoh Red dan juga narator.
Sebagai Red, ia mampu memerankan sang tokoh secara natural, serta mampu menjalin chemistry yang kuat dengan Tim Robbin selaku pemeran Andy Dufresne.
Sementara itu, suaranya begitu memanjakan penonton selama menjadi narator di film tersebut. Shawshank Redemption menjadi satu-satunya film yang dimana Freeman terlibat sebagai aktor sekaligus narator.
Tak seperti di film-film lainnya dimana ia lazimnya akan menjadi aktor atau narator saja.
Dari Manakah Suara Itu Berasal?
Seperti yang disinggung sebelumnya, kekuatan Freeman terletak pada suaranya yang bervolume rendah nan lembut, serta berwibawa.
Banyak pihak yang memuji suaranya itu, dimana satu di antaranya adalah Radhika Sanghani. Menurutnya, suara Freeman begitu merdu dan tenang, serta masih relevan didengarkan siapa saja.
“Suaranya (Morgan Freeman, -pen), sangat menenangkan, bernada merdu, serta berwibawa. Itulah mengapa semua generasi masih ingin mendengar suaranya, teurtama jika mereka tngah memikirkan Yang Maha Kuasa,” ujar jurnalis Telegraph itu.
Dilansir dari On Stage Blog, Freeman berujar kalau suaranya itu terbentuk kala ia mengambil kelas pidato sewaktu kuliah. Saat itu, ia menemukan kebanyakan orang berbicara terlalu cepat dan volume yang terlalu tinggi.
Melihat itu, ia pun mencoba pendekatan berbeda dengan cara belajar berbicara dengan oktaf rendah, serta melafalkan tiap kata selama berbicara.
Dalam suatu kesempatan, Freeman pernah membagikan tips bagaimana cara menciptakan suara oktaf rendah yang menjadi ciri khasnya. Tips tersebut tak lain adalah sering-seringlah menguap.
Menguap melemaskan otot tenggorokan dan kotak suara, sehingga bisa menghasilkan suara dengan oktaf yang lebih rendah.
Menurut Profesor Casey Kolsftrad yang dilansir dari TechTimes, suara yang dimiliki Freeman membuat orang-orang menganggapnya sebagai sosok lelaki yang kuat, dominan, namun bijaksana.
Hal itu sesuai dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan kalau orang yang punya suara oktaf rendah (terlepas apa pun jenis kelaminnya) cenderung disukai, serta dianggap sebagai sosok yang kuat sekaligus bijak.
Aktor yang Intuitif dan Tidak Egois
Morgan Freeman tak hanya sekadar suara yang khas. Ia juga punya kemampuan akting mumpuni. Menurut William DeCosta-Willis, Freeman adalah sosok aktor yang intuitif. Freeman sealu memilih perannya dengan hati-hati, serta mempelajari karakter yang ia perankan dengan penuh kepekaan dan kedalaman.
Selain intuitif, Freeman juga terkenal sebagai aktor yang tidak egois. Hal itu sebagaimana pengakuan Beverly Todd yang pernah menjadi rekan akting Freeman untuk beberapa film.
“Seluruh dunia tahu kalau ia (Morgan Freeman, -pen) adalah aktor yang sempurna, serta pria yang baik. Ia bukan aktor yang menuntut untuk terlibat di semua adegan dan dialog yang ada pada suatu film,” ujarnya pada majalah Jet edisi 21 Januari 2008.