the Monkey Times – Film tak mesti dibuat dari ide original sang sineas. Film pun juga bisa berangkat dari proses adaptasi suatu karya seni, entah itu karya sastra, acara televisi, komik, maupun pagelaran teater.
Dari sejumlah karya seni yang ada, karya sastra berupa novel menjadi medium yang paling lazim diadaptasikan ke film.
Lewat film adaptasi, suatu karya seni yang diadaptasikan bisa mendapatkan intepretasi baru, entah itu sebagian maupun keseluruhan.
Tak seperti film remake, film adaptasi memberi keleluasaan bagi sineasnya, sehingga dari situlah interpetasi baru atas suatu karya adaptasi tercipta.
Metode film adaptasi sendiri sudah dilakukan sejak abad ke-19, terutama saat sinema Eropa tengah berkembang. Lalu, apa film adaptasi yang pertama kali dibuat?
Berasal dari Prancis
Jawabannya ada pada sebuah film Prancis bertajuk Cinderella (1899). Film garapan Georges Melies ini diadaptasi dari dongeng berjudul sama buatan Charles Perault. Film yang hanya berdurasi 6 menit ini diproduksi Mielies via Star Film dan diiklankan sebagai Grande Feerie Extraordinaire en 20 Tablex.
Dalam menyutradarai film adaptasi ini, Melies banyak mengambil inspirasi dari berbagai pertunjukkan teater. Salah satunya adalah teater adaptasi cerita Cinderella yang dihelat pada 1896.
Untuk sinematografi, Melies banyak mengadopsi gaya visual dari ukiran yang dibuat oleh Gustave Dore. Dore sendiri merupakan ilustrator yang pernah membuat ilustrasi untuk karya-karya Perault, serta memengaruhi karya-karya Melies berikutnya.
Tak diketahui pasti siapa saja para pemeran di film adaptasi ini. Namun, menurut identifikasi dari beberapa sarjana film, para pemeran Cinderella garapan Melieas adalah:
- Mile Barral sebagai Cinderella.
- Bleuette Bernon sebagai Ibu Peri.
- Carmelli sebagai Sang Pangeran.
- Jehanne d’Alcy sebagai Ibu Ratu alias ibu dari Sang Pangeran.
- Dupeyron sebagai tamu undangan pesta.
Tak dinyana, film adaptasi perdana bikinan Melies itu sukses di pasaran, terutama di bioskop-bioskop pasar malam Prancis. Sekadar informasi, Saat itu bioskop yang tengah jadi trendsetter merupakan bioskop pasar malam, bukan bioskop yang seperti kita kenal sekarang.
Film adaptasi ini pun juga sukses di ruang musik Eropa dan Amerika. Secara estetika, film ini mampu memengaruhi sejumlah sineas, dimana salah satunya adalah Cecil B. DeMille.
Selepas Cinderella, Melies pun membuat film adaptasi lainnya bertajuk Joan of Arc (1900). Film yang diadaptasi dari kisah hidup Joan of Arc itu sendiri. Kesuksesan secara komersial turut didapat pada film adaptasi satu ini. Joan of Arc pun juga berhasil menciptakan rekor sebagai film Mellies pertama yang role filmnya mencapat 200 meter.
Juga Ada di Inggris
Di tahun yang sama dengan perilisan Cinderella, ada satu film adaptasi lain yang dirilis di Inggris. King John (1899) adalah film tersebut. Film yang dirilis sebulan sebelum Cinderella ini diadaptasi dari salah satu pertunjukkan drama garapan William Shakespearce.
Perlu diketahui, film adaptasi ini punya tanggal rilis lebih awal dibanding Cinderella, dimana King John dirilis pada 20 September 1899, sedangkan Cinderella dirilis pada sebulan setelahnya.
Kendati begitu, King John tak sesukses Cinderella, baik secara komersial maupun estetika. Salinan film ini tergolong kurang lengkap dibanding Cinderella, sehingga peneliti atau sarjana film sulit mengidentifikasi film ini.
Adapun beberapa pihak yang memiliki sebagian salinan film ini adalah The EYE Film Institute Nederland, serta BFI National Archieve.
Jadi, Mana yang Betul?
Kalau mengacu pada tanggal perilisan, maka King John boleh dibilang merupakan film adaptasi pertama di dunia. Namun, pada kenyataannya, Cinderella justru lebih diakui sebagai film adaptasi pertama di dunia.
Hal itu tak lepas dari estetika filmnya yang menarik dan dianggap sebagai pioneer film adaptasi. Belum lagi salinan filmnya masih cukup lengkap, sehingga lebih mudah diakses.