the Monkey Times – Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Soekarno menetapkannya lewat Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959.
Tanggal tersebut diambil dari pertempuran pertama pasca kemerdekaan dan merupakan pertempuran paling dahsyat yang pernah dialami Indonesia.
Pertempuran ini sendiri dikenal dengan Pertempuran Surabaya yang puncaknya berada pada tanggal 10 November tahun 1945.
Pertempuran ini begitu monumental dan menjadi bukti besarnya perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya.
Waktu itu kota Surabaya dihujani peluru meriam dari darat, laut, dan udara oleh pasukan Inggris. Pertempuran ini sendiri memakan waktu sekitar tiga minggu dan membuat 200.000 penduduk Surabaya harus mengungsi ke luar kota.
Penyebab pertempuran 10 November 1945 di Surabaya adalah? Berkaitan dengan pertanyaan tersebut, akan diulas dalam uraian berikut ini.
Latar Belakang
Dengan menyerahnya Jepang pada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 maka Perang Dunia ke-2 pun berakhir.
Satu bulan berselang Sekutu menuju Indonesia dengan alibi untuk menjaga kestabilan dan “ketertiban”. Mereka membawa misi untuk melucuti persenjataan Jepang.
Selain itu mereka akan membebaskan tahanan perang dan mengembalikan pasukan Jepang ke negaranya.
Kedatangan Sekutu ini awalnya disambut baik oleh pemerintahan yang ada di Jakarta.
Namun pada 15 September 1945, pasukan Sekutu yang mendarat di Priok ternyata diam-diam diboncengi NICA yang dipimpin Van Der Plas sebagai wakil Van Mook.
Keikutsertaan NICA dalam rombongan Sekutu disinyalir untuk menduduki kembali Indonesia yang pada bulan sebelumnya telah memproklamasikan kemerdekaan. Hal ini menyulut amarah rakyat Indonesia.
Tak berhenti di sana, ternyata NICA juga mempersenjatai bekas tentara KNIL yang sebelumnya ditawan Jepang.
Mereka juga melakukan provokasi yang membuat situasi memanas. Ini mengakibatkan meletusnya pertempuran di beberapa daerah seperti Bandung, Ambarawa, dan Surabaya.
Penyebab Pertempuran
Paling tidak ada beberapa insiden yang menjadi pemicu meletusnya pertempuran ini. Penyebab pertempuran 10 November di Surabaya adalah:
- Insiden Pengibaran Bendera di Hotel Yamato
Kurang dari sebulan setelah kemerdekaan dikumandangkan lewat Proklamasi 17 Agustus, pemerintah menyatakan bahwa bendera Merah Putih harus berkibar di seluruh wilayah Indonesia mulai keesokan harinya. Pernyataan ini disiarkan pada 31 Agustus 1945.
Namun pada tanggal 19 September Belanda melakukan provokasi dengan mengibarkan bendera Belanda di atas hotel Yamato (kini hotel Majapahit) yang berada di Surabaya.
Hotel Yamato sendiri sebelumnya dijadikan sebagai markas pasukan gabungan Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran milik Sekutu.
Tentu saja hal ini menyulut kemarahan arek-arek Surabaya dan menyebabkan insiden dan kerusuhan.
Awalnya Soedirman (Residen Surabaya), Hariyono dan Sidik didampingi masa datang ke sana untuk berunding dengan W.V.C. Ploegman meminta diturunkannya bendera Belanda di atas hotel.
Namun mereka mendapati Ploegman menolak dan tidak mau mengakui kedaulatan Indonesia.
Perundingan pun semakin memanas dan tiba-tiba Ploegman mengeluarkan pistol yang berujung pada perkelahian.
Puncaknya Ploegman mati dicekik oleh Sidik yang juga tewas di tangan tentara Belanda. Soedirman dan Hariyono bergegas keluar ruangan.
Karena mendengar letusan dan kerusuhan, maka masa yang berada di luar berusaha masuk ke dalam.
Sebagian berusa naik kea tap untuk menurunkan Bendera. Hariyono kembali ke dalam hotel bersama Kusno Wibowo dan berniat memanjat tiang bendera.
Setelah berhasil menurunkan bendera, mereka menyobek bagian biru bendera lalu menyisakan bagian merah dan putihnya untuk dinaikan kembali.
- Terbunuhnya Mallaby
Pasca insiden bendera di hotel Yamato situasi semakin memanas dan akhirnya pada tanggal 27 Oktober pecah perang pertama.
Karena situasi semakin tak terkendali, Sekutu meminta pimpinan Indonesia untuk menenangkan keadaan, hingga akhirnya tercapainya kesepakatan gencatan senjata pada tanggal 29 Oktober.
Besok petangnya di depan gedung Internatio, yang merupakan lokasi perundingan gencatan senjata, justru terjadi lagi insiden baku tembak.
Dalam insiden ini pimpinan Sekutu, yakni Jendral Aubertin Walter Sothern Mallaby tewas.
Masih simpang siur hingga sekarang perihal siapa yang membunuh Mallaby. Yang jelas saat itu Mallaby yang sedang berada dalam mobil terkena tembakan peluru. Setelah itu mobil yang ditumpanginya terbakar oleh ledakan granat.
Sampai saat ini tidak diketahui siapa yang menembakan peluru tersebut. Dan ada pula yang meyakini bahwa Mallaby sebetulnya tidak mati oleh peluru tadi, tetapi oleh ledakan granat dari pasukannya sendiri.
- Ultimatum dari Mayor Jenderal Robert Mansergh
Kematian Mallaby membuat marah Inggris, hingga akhirnya pada tanggal 9 November pihak Sekutu mengeluarkan ultimatum yang ditandatangani Mayor Jenderal Robert Mansergh.
Ultimatum ini dicetak dalam selebaran yang disebarkan ke penjuru Surabaya melalui pesawat. Poin utama dari selebaran itu kurang lebih berbunyi:
- Semua pimpinan Indonesia di Surabaya harus melaporkan diri.
- Semua senjata milik pihak Indonesia di Surabaya harus diserahkan kepada Inggris.
- Para pimpinan Indonesia di Surabaya harus menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat.
Selanjutnya Mansergh mengancam akan melancarkan serangan jika sampai keesokan harinya ultimatum tersebut tidak dilaksanakan.
- Pertempuran 10 November
Bukannya membuat pihak Indonesia menyerahkan diri, selebaran tersebut justru menyulut kemarahan rakyat Surabaya.
Pada tanggal 10 November akhirnya pecah pertempuran. Kota Surabaya berubah menjadi mencekam dan terdengar ledakan dari segala penjuru.
Pada awalnya rakyat Indonesia bertempur dengan serampangan dan membabi buta.
Karena banyak di antara pasukan rakyat yang hanya bermodal senjata tajam bertempur lewat jarak dekat membuat mereka mati oleh peluru senapan tentara musuh.
Bahkan mereka berani menyerbu secara langsung tank-tank milik Inggris. Namun setelah itu serangan pihak Indonesia semakin sistematis karena mulai mengaplikasikan strategi-strategi yang bersumber dari buku-buku perang peninggalan Jepang.
Pertempuran Surabaya ini berlangsung berhari-hari dan berakhir pada tanggal 28 November 1945.
Banyak pihak melaporkan jumlah korban di pihak Indonesia berkisar dari 15.000 sampai 20.000 jiwa. Korban di pihak Sekutu mencapai 1.500 jiwa.
Perang ini sendiri juga menjadi bukti bahwa usaha perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan oleh seluruh lapisan rakyat dan bukan hanya milik elit-elit tertentu saja.
Tidak hanya bagi mereka yang memiliki latar militer seperti BKR (Badan Keamanan Rakyat), bahkan rakyat jelata yang tidak memiliki pengetahuan militer sama sekali juga ikut turun berjuang hingga rela mengorbankan nyawa.
Peran Santri dan Kiai dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Salah satu yang menonjol ikut bagian dalam pertempuran ini adalah kalangan santri.
Mereka tergabung dalam kelompok-kelompok laskar yang memiliki peran besar dan menyumbangkan banyak personil.
Pada tanggal 22 Oktober 1945 KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad dan Fatwa Jihad yang memantik perjuangan kalangan santri untuk rela mengorbankan diri demi Republik Indonesia.
Karena itu para santri dari Surabaya dan sekitarnya terdorong ikut turun dalam kantung-kantung perjuangan yang berada di garda depan pertempuran.
Saking besarnya peran dan keterlibatan para santri ini, tanggal 22 Oktober nantinya ditetapkan sebagai peringatan Hari Santri Nasional.
Bagi kita yang saat ini dapat dengan mudah menikmati kemerdekaan, tentunya peristiwa ini menjadi salah satu pelajaran berharga.
Peringatan Hari Pahlawan sebaiknya tidak hanya menjadi penanda peristiwa masa lalu semata, tetapi harus kita maknai sebagai salah satu bagian penting yang membentuk karakter bangsa kita, sekaligus untuk mengingatkan seberapa besar dan pentingnya nilai kemerdekaan yang kita miliki saat ini.
Sumber:
- https://tirto.id/fakta-fakta-sejarah-hari-pahlawan-10-november-apa-saja-isinya-f6Qo
- https://historia.id/amp/militer/articles/kebrutalan-pertempuran-surabaya-vqoLE
- https://tirto.id/sejarah-pertempuran-surabaya-latar-belakang-kronologi-dampak-gaMi
- https://internasional.kompas.com/read/2022/02/21/210800570/isi-ultimatum-inggris-yang-membuat-rakyat-surabaya-marah-lalu-perang?page=all#page3
- https://m.merdeka.com/jateng/peristiwa-10-november-peringatan-hari-pahlawan-nasional-begini-sejarahnya-kln.html?page=5