Di antara kita mungkin ada yang bersikap preventif ketika berjanji untuk melakukan pertemuan dengan pacar di era serba-mengenakan-masker seperti sekarang.
Sebagian memilih untuk menunda pertemuan fisik – yang berarti menahan rindu. Sebagian yang lain tetap melakukan aktivitas kencan seperti biasa, namun tetap menerapkan 3M ketika bertemu pacar.
Bagi orang-orang yang gigih untuk terus mematuhi protokol kesehatan, berkencan di era pandemi terasa ganjil.
Dulu sebelum virus menyerang, kencan ya kencan saja. Para pencinta yang mendamba surga bebas saling berbicara satu sama lain tanpa perlu memakai masker.
Gea dan kesetiaannya pada masker
Sebagian besar dari kita tak terbiasa berbicara dengan orang lain memakai masker. Namun kenyataan pandemi – yang belum reda – memaksa sebagian orang menukar kebiasaan sebelumnya dengan sesuatu yang baru – yang bisa jadi tidak membuat nyaman.
“Gue susah banget buat membiasakan diri memakai masker ketika meet up sama pacar. Rasanya aneh tahu ada benda yang nempel di wajah.
Tapi kalau gue pikir lagi. Itu penting. Jadi gue bikin tuh kesepakatan sama pacar. Tiap kali ketemu kita mesti pakai masker, bawa pembersih tangan, dan gak ngelakuin aktivitas yang membuat kita sama-sama beresiko terkena virus,” kata Gea (24 tahun), seorang karyawan swasta di Jakarta.
Aktivitasnya sebagai karyawan memang membuat Gea mesti bertemu dengan banyak orang. Walau enggan, toh dia mesti melakukannya – sebab itu bagian dari pekerjaan.
“Bayangin dong, sehari-hari gue ketemu si anu. Si itu. Dan itu bisa lebih dari 10 orang. Kadang gue jadi parno, karena gue nggak tahu yang gue temuin itu bebas virus atau nggak.
Tapi daripada gue terus-terusan parno. Mending gue yang bersikap preventif. Pake masker dan yang lainnya. Gue terapin hal yang sama ketika ketemu pacar. Gue rasa untuk sekarang itu paling efektif,” Gea melanjutkan.
Panduan kencan di era pandemi
Berkencan di era pandemi jadi sebuah kegiatan yang menuntut seseorang untuk tetap waspada, sekaligus memupuk kemampuan menjaga diri dari paparan virus.
Kalau mengikuti cerita Gea di atas, maka akan ada banyak hal yang mesti diubah ketika kita memutuskan untuk bertemu orang lain dalam sebuah sesi kencan.
Dan perubahan tidak sepenuhnya jelek, terutama dalam konteks pandemi. Tentunya kita tidak ingin orang yang kita sayangi terpapar virus, kan?
- Jujur dan terbuka
Mau ada pandemi atau tidak, hubungan spesial antara dua orang secara umum dilandasi oleh kejujuran. Bagaimana kamu dan pasangan mengelola keamanan dan kenyamanan dalam sebuah sesi pertemuan selama pandemi juga tergantung pada kejujuran.
Yuk kita berkencan yang sehat di era pandemi. Caranya gini nih.Click to TweetTerbukalah pada pasanganmu, terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan, misalnya, cara kamu berinteraksi dengan orang lain dalam situasi apapun.
Katakanlah profesi menuntut kamu untuk bertemu banyak orang setiap hari. Dan pasangan kamu pun demikian. Dalam situasi seperti itu, tidak ada salahnya saling bercerita apa saja langkah preventif yang diambil untuk mencegah diri sendiri tertular virus.
Atau bila kamu tinggal di zona merah pandemi, ceritakan juga fakta itu kepada pasangan dan bagaimana cara kamu menjaga diri agar tetap sehat.
Bila pasangan kamu adalah tipe orang yang pasif, tidak ada salahnya bertanya lebih dulu. Namun jangan lupa di saat bersamaan kamu sebaiknya juga bercerita tentang situasi padndemi di sekitar tempat kamu beraktivitas dan tinggal.
Normalnya lontaran pertanyaan-pertanyaan macam itu mungkin akan membuat risih orang lain. Namun dari cerita maupun jawaban yang diterima, kamu bisa memperkirakan apakah pasanganmu beresiko tertular coronavirus atau tidak.
Dengan cara itu pula kamu juga bisa memperkirakan apakah lingkungan tempatmu tinggal dan beraktivitas sepenuhnya aman, atau malah dipenuhi resiko penularan.
Singkat cerita, kamu bisa mengambil tindakan preventif selama punya pegangan dan tahu resiko yang dihadapi ketika bertemu dengan pasangan di sebuah sesi kencan. Dan semua itu tergantung pada kejujuran individu.
- Cari tahu info tentang laju penularan sebanyak-banyaknya
Kamu mungkin sedang merencanakan sebuah pertemuan kencan di sebuah tempat istimewa. Namun yang perlu dicari tahu pertama-tama adalah kondisi penularan di lokasi pertemuan.
Dalam konteks itu, kamu bisa mencari tahu apakah laju penularan di lokasi kencan tinggi atau rendah? Lokasi pertemuan kalian berdua berada di tempat tertutup atau terbuka?
Data laju penularan di suatu lokasi penting artinya. Ia bisa jadi sarana pengambilan keputusan, sekaligus menentukan apakah aman untuk berkencan di lokasi yang disepakati.
Mengutip NPR, bila laju penularan di sebuah lokasi sangat tinggi, maka resiko penularan juga bakal semakin tinggi.
Katakanlah kamu dan dia sudah merencanakan pertemuan dengan pasangan di sebuah kafe atau restoran atau tempat makan. Bila angka penularan di lokasi yang kalian tuju tinggi – dalam arti tempat itu dilaporkan menjadi klaster baru, maka resiko penularan jadi membesar.
Sebaliknya, bila data spesifik menunjukkan laju penularan di sebuah lokasi – yang kamu tuju – rendah, kamu dan pasangan mungkin akan lebih aman bertemu di situ.
Tidak semua orang peduli dengan situasi pandemi. Namun dengan bersikap jujur, patuh pada protokol kesehatan, dan giat mencari informasi penting mengenai laju penularan virus, berkencan di era pandemi bukan kegiatan haram yang perlu dijauhi.