Seorang teman sekali waktu bercerita kepada saya tentang kecemasan akibat trauma masa lalu. Pengalamannya berbaik sangka kepada semua orang – perilaku yang tentu saja baik – justru tidak berbuah kebaikan untuknya.
Dengan kata lain teman itu sekarang mengalami “trauma” dan cenderung “suka” menumbuhkan rasa curiga kepada orang lain, karena menurut pengalaman masa lalunya orang lain justru berbuat jahat kepadanya ketika dia justru kerap menanam kebaikan pada orang lain.
Masalahnya muncul di masa sekarang, ketika teman itu kerap mengalami kecemasan yang sering tidak bisa dijelaskan. Ceritanya begini: dia kebetulan seorang perempuan dari etnis sunda.
Suatu hari dia ditaksir seorang pria dari etnis jawa. Awalnya teman saya itu oke-oke saja. Namun belakangan dia dihajar bertubi-tubi oleh pikiran buruknya sendiri.
Karena teman itu pernah disakiti pria – yang kebetulan beretnis jawa, bayangan kelam menyergap pikirannya sendiri.
Dia takut hal yang sama terulang. Sembari bercerita kepada tentang ketakutan itu, dia kemudian merenteng sejumlah kemungkinan yang bisa saja terjadi dimasa depan.
Dia beranggapan hidupnya takkan tenang. Bahwa kelak ketika mereka berdua menikah, si pria itu akan membawa lari semua hartanya. Dan pikiran-pikiran buruk itu selalu datang berulang.
Saya spontan teringat dengan konsep gangguan kecemasan, alias anxiety disorder. Walaupun saya disini tidak berusaha membuat diagnosa spesifik untuk teman saya itu.
Sebaliknya. Saya ingin bercerita tentang gangguan kecemasan dengan cara analitik.
Memahami gangguan kecemasan
Pada 2016 muncul statistik yang menerangkan kepada kita tentang problem gangguan kecemasan yang paling banyak diidap penduduk di wilayah Greenland.
Dengan jumlah penderita gangguan kecemasan sebanyak 12,600 jiwa, Greenland divonis sebagai negara dengan penderita gangguan mental terbesar.
Sebetulnya kecemasan adalah sifat bawaan manusia. Kita terkadang merasa cemas menghadapi momen-momen tertentu, entah itu sebelum mengikuti tes, ketika melakukan pekerjaan tertentu di kantor, atau sebelum mengambil keputusan khusus.
Bahasa gaulnya: kita sering nervous ketika menghadapi situasi dengan tekanan berat.
Hanya saja hal-hal di atas umumnya cuma muncul kadang-kadang. Sementara dan tidak kekal. Nah, gangguan kecemasan tidak mudah pergi. Dan bisa bertambah buruk seiring berjalannya waktu.
Menukil artikel National Institute of Mental Health (NIMH), waham anxiety disorder bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, baik itu di tempat kerja, sekolah atau kuliah, bahkan hubungan dengan orang lain.
Masih mengutip NIMH, setidaknya ada tiga tipe gangguan kecemasan yang umum dikenali. Kita bisa mempelajarinya untuk memperoleh gambaran umum tentang gangguan tersebut.
Gangguan kecemasan umum
Tipe nomor pertama ini – dalam Bahasa Inggris – kerap disebut Generalized Anxiety Disorder (GAD). Kecemasan berlebihan dirasakan sepanjang hari oleh orang yang mengidap gangguan kecemasan umum.
Fenomena ini berlangsung cukup lama. Biasanya sampai enam bulan.
Seseorang yang menderita karena GAD biasanya khawatir dengan banyak hal di dalam kehidupannya, entah itu pekerjaan, karir, kesehatan pribadi, dan segala rutinitas keseharian yang memunculkan rasa cemas.
Gejala GAD biasanya mudah dideteksi. Gangguan tidur, ketidakmampuan mengontrol kecemasan, sulit konsentrasi, dan mengalami ketegangan otot, secara umum jadi beberapa contoh yang bisa disebut.
Serangan panik (panic disorder)
Jenis ini seringkali muncul tiba-tiba dan seringkali tidak diharapkan terjadi. Serangan panik terjadi sangat cepat, dengan intensitas ketakutan yang menyeruak hanya dalam hitungan menit.
Penyebabnya bisa macam-macam dan dalam berbagai wujud. Misalnya: benda tertentu atau situasi yang tidak menyenangkan.
Rasa deg-degan, nafas pendek, gemetar, dan berkeringat merupakan beberapa gejala yang menandai kemunculan panic disorder.
Gangguan kecemasan terkait fobia
Ketika situasi atau objek tertentu berada di dekat seseorang, dan orang itu mengalami ketakutan luar biasa, bisa jadi itu adalah tanda kecemasan karena fobia.
Ketakutan yang muncul karena fobia biasanya dianggap tidak rasional, karena terkesan berlebihan. Tapi yang perlu kita pahami, orang yang rasa cemasnya muncul karena fobia biasanya “kumat” ketika ada objek atau benda yang memicu kemunculan ketakutannya.
Terkait dengan gangguan kecemasan terkait fobia pun pada gilirannya dibagi jadi beberapa jenis:
- Fobia sederhana
Mengutip NIMH lagi, ketakutan akan darah, suntikan, binatang tertentu, ketinggian dan terbang merupakan beberapa faktor yang memicu kemunculan anxiety disorder terkait fobia.
- Fobia sosial
Jenis fobia ini biasanya ditandai lewat kondisi dimana seseorang mengalami ketakutan atau kecemasan terhadap situasi sosial.
Jadi kalau seseorang mengidap fobia sosial, dia cenderung menghindar dari situasi sosial karena takut kecemasannya itu dinilai buruk oleh orang lain atau takut dipermalukan di depan umum.
- Agoraphobia
Fobia satu ini mirip-mirip dengan fobia sosial. Pengidapnya cenderung suka menghindari situasi sosial tertentu yang berpotensi memantik rasa cemas maupun panik.
Karena itulah para pengidap agoraphobia biasanya cenderung menghindari beberapa macam situasi seperti berada dalam transportasi publik, di ruang publik yang ramai, di kerumunan, atau berada sendirian di luar rumah.