the Monkey Times – Anda bangun pada pagi hari. Lalu pergi ke dapur setelah mencuci muka di kamar mandi. Di dapur Anda menyeduh segelas kopi, yang jadi teman baik di pagi hari. Sepiring pisang goreng bolehlah jadi teman.
Apa Anda termasuk orang yang sering melakukan kegiatan semacam itu? Kalau ya, fokus kita disini bukanlah kegiatan Anda, melainkan pada segelas kopi yang setiap hari Anda minum.
Di titik itu, Anda mungkin tidak cuma meminum segelas kopi pada pagi hari, tapi juga siang hari, sore, dan malam hari. Kadang saking banyaknya kopi yang Anda konsumsi setiap hari, Anda akan kesulitan menjawab pertanyaan dari seorang berapa banyak kopi yang Anda habiskan setiap hari.
Namun pertanyaannya: berapa jumlah gelas kopi yang wajar dihabiskan dalam sehari? Lalu apakah terlalu sering minum kopi berakibat buruk pada kesehatan?
Kopi, konsumsi, gaya hidup
Kita tidak bisa memungkiri satu fakta: kopi sudah terlanjur menjadi bagian dari gaya hidup orang kebanyakan. Dan karena sudah jadi gaya hidup, orang Indonesia pun mengkonsumsi kopi dalam jumlah cukup bear.
Statistik yang dirilis Databooks (Katadata) menyebut konsumsi kopi nasional pada 2016 mencapai angka yang fantastis: 250 ribu ton. Pada gilirannya konsumsi kopi diprediksi tumbuh sekitar 10,54 persen, menjadi 276 ribu ton. Bahkan ada perandaian, konsumsi kopi Indonesia akan tumbuh rata-rata 8,22 persen per tahun pada 2016 sampai 2021.
Selain jadi komoditi konsumsi, kopi juga jadi gaya hidup. Kalau kita maknai gaya hidup sebagai whole way of life, kita melihat kopi dimana-mana. Biji kopi sering dijajakan sebagai pengharum kabin mobil. Bubuk kopi – bagi sebagian orang – jadi bahan penting untuk mengusir bau tak sedap di sudut ruangan rumah.
Bahkan Anda pun, secara sadar maupun tidak, kerap mengajak orang untuk ngopi. Mau itu di cafe ultra modern maupun di angkringan di pinggir jalan. Di titik ini, kopi jadi bagian selebrasi kehidupan. Ia menjadi teman baik bagi banyak orang.
Jumlah konsumsi kopi harian yang wajar
Tapi teman pun kadang bisa membawa efek buruk bagi kehidupan kita. Dalam konteks ngopi dan hubungannya dengan kesehatan, sering ada silang pendapat yang sampai sekarang belum bisa didamaikan.
Kebanyakan studi tentang manfaat kopi bagi kesehatan menghasilkan beragam kesimpulan terkait efek kopi bagi kesehatan. Mengutip USA Today, sebuah studi mungkin menyebut manfaat kopi dalam mencegah kemunculan penyakit cardiovasicular, sementara studi lain menyebut sebaliknya: kopi meningkatkan resiko seseorang terkena penyakit tersebut.
Silang pendapat antara ahli kesehatan yang “pro kopi” (menganggapnya baik untuk kesehatan) dan yang “kontra kopi” (menganggapnya buruk untuk kesehatan) membuat kita sulit menakar kesimpulan pasti untuk kasus kopi dan manfaatnya untuk kesehatan.
Dalam konteks tersebut, Jae-Hoon Bae sempat menerbitkan tulisan tentang Coffee and Health yang ditayangkan di NCBI. Dia menulis “kita berpendapat kopi bagus untuk kesehatan ketika tidak terlalu banyak dikonsumsi.”
Sambil mengutip laporan Harvarad Women’s Health Watch, Bae melanjutkan bila dikonsumsi dalam jumlah yang aman, kopi mungkin menawarkan manfaat yang lumayan besar bagi kesehatan manusia.
Hanya saja Bae mengingatkan pembacanya akan tantangan dan kesulitan dalam mendesain eksperimen, maupun uji klinis yang solid, guna mengungkap efek kopi terhadap kesehatan kita-kita.
Namun diluar perdebatan tentang sehat tidaknya kopi, pada dasarnya ia merupakan sebuah campuran bahan kimia yang terlihat kompleks. Kita mungkin cuma tahu kalau unsur utama kopi adalah kafein. Tapi, menurut Bae, senyawa di dalam kopi bukan cuma kafein, tapi juga senyawa fenolik, alkaloid, mineral, vitamin, nitrogen lipid dan karbohidrat.
Dengan kandungan senyawa yang kaya, Bae berpendapat konsumsi kopi dalam jumlah wajar (sekitar 2-3 cangkir atau 300 miligram per/hari) masih aman. Dalam arti kopi tidak memicu efek buruk bagi cardiovascular maupun perubahan perilaku, setidaknya bagi orang dewasa yang sehat.
Jadi selama Anda dewasa dan sehat, minum kopi dalam jumlah yang wajar rasanya masih aman – bagi kesehatan.