the Monkey Times – Bukan pekerjaan mudah ketika seorang sutradara macam Josh Boone dipasrahi menggarap the New Mutants.
Paling tidak benak kita selalu akan membandingkan the New Mutants dengan franchise X-Men, yang sudah lama diakhiri dengan kematian Wolverine di film Logan (2017).
the New Mutants memang masih memperlihatkan proyeksi sinematis dimana semesta ceritanya terputus dengan semesta X-Men – walau toh beberapa bagian adegan di dalam the New Mutants masih secara gamblang menyebut ‘X-Men’ dalam beberapa percakapan antar tokoh mutants yang tampil dalam film tersebut.
Sinopsis the New Mutants
Setelah serangkaian peristiwa yang membunuh ayah dan tetangganya, Danielle “Dani” Moonstar menemukan dirinya terbangun di sebuah ruang perawatan di bangsal isolasi.
Rupanya bangsal itu adalah bagian dari “institut penyembuhan mental”, tempat dimana Dani dan beberapa mutan lainnya dirawat oleh seorang dokter bernama Cecilia Reyes.
Oleh Reyes, Dani diperkenalkan kepada empat remaja lain yang berada di dalam gedung: Samuel “Sam” Guthrie, Illyana Rasputin, Roberto “Bobby” da Costa dan Rahne Sinclair.
Bersama dengan Dani, kelimanya adalah mutan bermasalah, dan Dr. Reyes berusaha menyembuhkan mental mereka yang rusak, sebelum akhirnya dikirim ke sekolah istimewa untuk para mutan.
Serangkaian peristiwa yang terjadi di pusat penyembuhan yang dikelola Reyes membuat kelima mutan muda itu menyadari bahwa mereka bukan dibimbing untuk jadi lebih baik.
Pada gilirannya, mereka berusaha keluar dari institut yang mengurung mereka, dengan cara mencari cara melumpuhkan Reyes.
Review the New Mutants
Tadinya kami berharap ada sesuatu yang segar dan baru guna melengkapi narasi franchise X-Men yang secara umum penuh dengan bumbu cerita ala film-film superhero. Di titik itu the New Mutants berhasil menghadirkan elemen lain ke dalam film.
Sebut misalnya narasi psikis, supernatural, dan sebagian kecil elemen fantasi, yang dihadirkan guna melengkapi warna cerita film tersebut.
Dalam takaran tertentu, rasanya cukup menghibur ketika menonton adegan-adegan kecil dimana the New Mutants menghadirkan kesan sebuah film yang cerita utamanya bukan tentang mutants, melainkan tentang bocah remaja bandel – mutan pula! – yang tinggal di asrama dan melakukan sejumlah kenakalan yang membuat gurunya pusing setengah mati.
Nah, gambaran macam mengesankan kemiripan antara sekuen sinematis yang ditawarkan new Mutants dengan franchise X-Men. Bedanya: New Mutants terasa lebih gelap dari segi cerita.
“Lebih gelap” yang kami maksud di atas bukanlah pujian, sebab film tersebut dieksekusi dengan buruk. Sampai-sampai kami menganggapnya sebagai yang terburuk dalam semesta film mutan, terutama yang berhubungan dengan X-Men.
Kami menyebutnya buruk karena usaha Josh Boone dalam menghadirkan kesegaran narasi X-Men justru membuatnya terasa kurang digarap dengan serius. Porsi tiap karakter mutan yang dihadirkan ke dalam semesta New Mutants terasa kurang dibawakan dengan baik.
Persahabatan yang dibangun antar tokoh mutan terasa dibuat-buat. Pun dengan penokohan karakter tiap mutan yang gagal meninggalkan kesan mendalam – setidaknya bagi kami.
Walhasil, penonton tidak pernah punya kesempatan untuk merasakan the New Mutants sebagai film yang “wah” dan layak ditonton berulang-ulang.
[rwp-review id=”0″]