the Monkey Times – Sebuah keluarga, seorang ayah dan ketiga anaknya melarikan diri dari Turki ke Jepang. Mereka adalah keluarga Kurdi. Masyarakat Kurdi adalah kelompok masyarakat yang terletak di banyak negara bagian di Asia Barat.
Orang Kurdi banyak mendiami daerah bagian Turki timur, Suriah timur laut, Irian barat laut, dan beberapa wilayah di Armenia. Kelompok ini tidak memiliki negara dan status kewarganegaraannya ditolak oleh negara-negara tempat mereka berdiam.
Sarya, anak pertama yang sejak lima tahun harus ikut ayahnya ke Jepang bersama kedua adiknya. Ibu Sarya telah tiada. Ia fasih berbahasa Jepang dan juga mengikuti pendidikan seperti anak-anak Jepang pada umumnya. Walaupun secara fisik ia sangat berbeda dengan warga Jepang, namun ia memiliki teman yang baik dan juga menjadi murid yang baik di sekolah dengan nilai rapor yang juga baik.
Namun di balik itu, tidak ada satu pun yang mengetahui bahwa dia orang Kurdi. Ia terpaksa berbohong kepada semua orang bahwa ia berasal dari Jerman. Hal ini ia lakukan karena ia tidak ingin orang lain mengetahui bahwa dia berasal dari negara yang berkonflik dan ia terlalu rumit jika harus menjelaskannya kepada orang lain.
Sarya yang sangat lancar berbahasa Jepang menjadi penerjemah dan mediator antara komunitas Kurdi yang tinggal di Jepang dengan orang-orang Jepang yang memiliki hubungan kerja dengan orang Kurdi. Dengan bekal bahasa Jepang yang bagus, ia juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai kasir di sebuah minimarket.
Sato, keponakan pemilik minimarket juga bekerja membantu pamannya di minimarket tersebut. Ia berteman baik dengan Sarya. Hanya dengan Sato saja Sarya dapat mengungkapkan bahwa ia adalah orang Kurdi. Kisah romansa yang terjadi pada hubungan anak SMA ini mulai terjalin di tempat mereka bekerja sampingan.
Namun ayah Sarya menentang hubungan tersebut. Identitas Sarya yang mulai diragukan, membuat pemilik toko harus memberhentikannya. Saat itu juga mulai muncul permasalahan hidup yang membuat Sarya harus bertahan mulai dari keuangan yang mulai hancur hingga ayahnya yang ditahan di penjara imigran Jepang.
Perjuangan Bangsa Kurdi
Ayah Sarya telah dilarang bekerja oleh pemerintah Jepang karena ia tidak memperpanjang visa. Namun ayah Sarya tetap bekerja dan akhirnya ia masuk tahanan imigran. Sarya yang juga tidak lagi memiliki penghasilan membuat ia merasa segalanya menjadi sulit karena keluarganya tidak memiliki visa yang dianggap sah.
Mereka juga tidak diperbolehkan meninggalkan daerah Saitama tanpa izin dari pemerintah. Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki negara untuk disebut sebagai negara. Pemerintah Jepang menolak visa mereka.
Sarya juga kerap mengalami diskriminasi dan sering mengalami kebingungan. Ia sama dengan masyarakat lain yang berharap tetap bisa bersekolah dengan tenang, tetap memiliki pekerjaan sampingan, kuliah, dan juga menikmati kisah asmara seperti anak muda lainnya. Sebaliknya ia terpaksa menanggung beban emosional yang berat dan merasa tidak pantas berada di mana pun.
Kedua adiknya yang juga dibesarkan di Jepang dan lancar berbahasa Jepang juga mengalami hal yang sama. Keluarga mereka dan juga keluarga Kurdi lainnya mengalami kesulitan selama tinggal di Jepang karena Jepang bukan negara yang ramah bagi penduduk imigran.
Ayah Sarya tetap berusaha agar ketiga anaknya tetap mewariskan dan melaksanakan kebudayaan Kurdi di kehidupan mereka sehari-hari agar ingatan mereka tidak redup tentang Kurdi.
Rahasia Kelam Para Imigran Jepang yang Ditahan
Jepang bukan termasuk ke dalam negara yang ramah kepada para pengungsi, hal ini dibuktikan dari data tahun 2019. Terdapat 10.375 orang yang mengajukan status pengungsi namun yang diterima hanya 44 orang saja.
Jepang menerapkan peraturan yang rumit secara birokrasi. Jepang juga menerapkan peraturan yang keras bagi pengungsi yang mereka terima. Jepang memiliki tingkat imigrasi yang rendah dikarenakan secara geografis Jepang adalah negara yang kecil dan kurangnya perbatasan darat.
Film ini kemungkinan akan berdampak besar terutama bagi penonton yang belum mengetahui sisi lain dari negara maju ini. My Small Land menawarkan kisah yang memilukan dari pengalaman hidup anggota komunitas Kurdi ini.
Film ini seakan-akan menjadi pengingat penting bahwa fakta permasalahan pengungsi atau imigran adalah permasalahan global sehingga dengan bijak, film ini memperlihatkan kisah-kisah nyata yang akan berpengaruh ke seluruh penduduk dunia. Kisah krisis identitas, budaya, hubungan orang tua dan anak, hingga kisah romansa anak remaja dalam film ini dapat dipahami secara universal.
Bukan menjadi rahasia lagi bahwa telah banyak media yang menyorot berita imigran di Jepang. Ada banyak media yang mengisahkan para tahanan sering melakukan mogok makan hingga banyaknya korban yang meninggal karena kelaparan.
Para tahanan mengalami ketakutan karena setelah bebas dari tahanan, bisa saja sewaktu-waktu dipanggil kembali menjadi tahanan. Rumitnya, para imigran juga sering mengalami kebingungan untuk hidup karena pemerintah melarang mereka bekerja.
Selain itu, pemerintah Jepang juga acap menolak permohonan tempat tinggal para pengungsi. Bentuk penyiksaan ini menekan para pengungsi dan melanggar hak pribadi dan juga hak asasi manusia para pengungsi.
Alasan Harus Menonton Film My Small Land
Film yang menyajikan kajian sosial yang intim ini merupakan film panjang pertama karya sutradara Emma Kawawada. Film dengan genre coming of age ini berhasil menyentuh masyarakat secara universal. Di awal film, segala sesuatunya tampak berjalan sangat baik namun sutradara mampu memporak porandakan batin penonton karena kejamnya birokrasi Jepang terhadap para pengungsi.
Chemistry yang dibangun oleh Lina Arashi yang memerankan tokoh Sarya berhasil memenuhi tujuan dari sutradara film. Sarya berhasil membiarkan para penonton menikmati dan mengamati proses yang ia lalui, tantangan, pilihan, dan pergulatan batin yang dialaminya.
Sesekali penonton mungkin dibuat bingung karena adanya simbol-simbol visual yang sarat akan makna seperti adegan penyiraman pohon zaitun, percakapan antara jembatan, atau dinding kaca dengan lubang kecil.
Film ini merupakan paket sinematografi yang pahit namun tetap memiliki keindahannya sendiri dan mampu mengkritik dengan tajam atas apa yang dilakukan oleh pihak pemerintah Jepang kepada pihak pengungsi.
Realitas suram ini tidak dilakukan dengan pendekatan langsung untuk membicarakan inti dari permasalahan imigrasi, namun dibalut dengan cerita yang halus dan dalam tempo yang lambat. Walaupun film ini menceritakan kisah yang berat namun mampu memberikan kualitas yang ringan kepada para penikmat film.
Film yang berdurasi 1 jam 54 menit ini menjadi bagian dari Festival Film Internasional Fantasia 2022 dan Festival Film Internasional Edinburgh 2022. Film ini juga mendapat pujian dari Festival Film Internasional Berlin 2022. Film ini menghadirkan kultur Kurdi yang mungkin sebelumnya jarang diketahui oleh orang banyak. Bagi kamu para pecinta film dengan isu-isu sosial, film ini layak untuk kamu tonton.