review film amerika serikat “aftersun (2022)”

Review Film Amerika Serikat “Aftersun (2022)”

Di balik itu semua, Wells berhasil membuat Aftersun meraih French Touch Prize of The Jury di Festival Film Cannes. 

Update:
poster aftersun
Judul film: Aftersun
Tanggal rilis: 21 Oktober 2022
Sutradara: Charlotte Wells
★★★★★

Ringkasan Review: Film ini berkisah tentang hubungan antara ayah dan anaknya. Tokoh Sophie yang diperankan oleh Frankie Corio adalah seorang anak berumur 11 tahun yang sedang liburan ke Turki bersama ayahnya yang bernama Calum Peterson, tokoh ini dibintangi oleh Paul Mescal. Ayah Sophie telah bercerai dengan ibunya, namun ayah dan ibunya masih saling berkomunikasi.

the Monkey Times – Film dengan durasi 101 menit ini disutradarai oleh Charlotte Wells juga selaku penulis naskah film Aftersun. Film yang dirilis pada tahun 2022 ini dibintangi oleh Paul Mescal, Frankie Corio, Brooklyn Toulson, Celia Rowlson Hall, Sally Messham, Spike Fearn, dan Harry Perdios.

iklan

Calum tinggal sendirian di London sedangkan Sophie tinggal bersama ibunya di Skotlandia. Di saat musim liburan, Sophie memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama ayahnya. Calum begitu mencintai putrinya tersebut, namun ia juga terbelenggu oleh beban masalah pribadinya dan merasa bersalah harus hidup terpisah dengan anak serta mantan istrinya.

Calum menyimpan banyak permasalahan dan membuatnya menjadi depresi, namun saat bertemu anaknya ia berusaha menutupi kondisi depresinya dan selalu menampilkan kesan ceria di hadapan anaknya.

Sebagai remaja yang sedang tumbuh dan berkembang, Sophie menyadari bahwa ayahnya sedang tidak baik-baik saja. Ia ingin tahu tentang apa yang dialami oleh ayahnya khususnya apa yang terjadi sebelum ayahnya menjadi orang tua. 

Plot Sederhana

aftersun

Film yang diproduksi oleh AZ Celtic Films, BBC Film, dan PASTEL ini memiliki plot yang sederhana. Kita akan dibawa untuk melihat apa saja yang mereka berdua lakukan selama liburan di Turki. Kita seakan-akan sedang menonton video vlog liburan musim panas.

Alur film ini mengajak kita bernostalgia ke akhir dekade 1990-an. Plot film ini menampilkan ingatan-ingatan Sophie akan ayahnya. Serpihan memorinya tersebut didukung dengan adanya video yang ia rekam di handycam miliknya.

Saat ia dewasa, jika teringat ayahnya ia akan menonton kembali video saat mereka berdua berlibur ke Turki. Namun di menit-menit pertama, film ini menampilkan sudut pandang Calum dan kemudian sudut pandang film justru didominasi oleh sudut pandang Sophie.

Dengan bermodalkan paket wisata yang murah, mereka berdua dapat berlibur ke Turki. Calum berusaha keras untuk membahagiakan putrinya selama di Turki.

Ia berharap dengan waktu yang sedikit tersebut dapat ia manfaatkan sebaik mungkin karena setelah itu ia akan kembali berpisah dengan putrinya. 

Plot film ini membawa kita ke persimpangan antara ingatan kita mengenai orang tua yang kita kenal dan siapa mereka yang sebenarnya. Mungkin kita belum mengenal seutuhnya mengenai siapa sebenarnya sosok orang yang kita cintai tersebut dan Sophie berusaha memahami siapa dan bagaimana ayahnya.

Jika kita hanya menonton tanpa menyadari sudut pandang Sophie, mungkin film ini hanyalah film dengan plot yang ambigu. Oleh karena itu, kamu perlu sedikit sensitif untuk merasakan plot film yang dibawakan dengan cukup pelan tersebut.

Berkat memori kenangan yang diabadikan Sophie di kamera dan otaknya, Sophie dapat menyusun kepingan ingatan akan ayahnya yang tidak sempurna sebagai ayah dan sebagai manusia. Kenangan indah dan buruk tersebut menjadi harta yang berharga bagi Sophie.

Karakter Tokoh yang Hangat

Film dengan sajian visual yang hangat ini mungkin hanya memberikan kesan yang biasa-biasa saja bagi sebagian orang, tetapi film ini dikemas dengan visualisasi yang lumayan artistik yang patut diacungi jempol.

Wells mengombinasikan visual dengan berbagai macam sumber visual seperti rekaman DVR (digital video recorder), visual yang dihasilkan dari pantulan kaca, dan sudut pandang visual lainnya. Selain visual, akting yang ditampilkan sangat natural.

Paus Mescal berhasil menjiwai perannya sebagai ayah yang mengidap depresi,  begitu juga dengan Frankie Corio berhasil menjiwai perannya sebagai seorang anak remaja 11 tahun yang masih memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, termasuk rasa ingin tahunya untuk mengeksplorasi seksualitas.

Di balik mentalitas remaja yang sedang ingin tahu akan banyak hal, Sophie juga mampu menampilkan sisi dewasanya seperti inisiatifnya untuk merapikan baju yang berserakan di lantai atau menutup kaki ayahnya dengan selimut saat ayahnya tidur.

adegan aftersun

Film ini berhasil mengabadikan momen-momen kecil yang hangat yang dibalut dengan karakter tokoh yang mumpuni. Momen-momen yang sangat berharga sebagai seorang anak dan ayah yang berhubungan LDR (long distance relationship) tersebut berhasil membawa film ini mendapatkan sertifikat “FRESH” di situs Rotten Tomatoes. Film ini juga dinobatkan oleh National Board of Review sebagai salah satu film terbaik tahun 2022.

Menawarkan Atmosfer Kesedihan

Memang perlu memahami lebih dalam maksud dari film Aftersun ini. Atmosfer kesedihan akan semakin terasa jika kamu menonton film ini baik dari sudut pandang Sophie maupun sudut pandang Calum. Sophie begitu menyadari kesepian yang dialami oleh ayahnya, walaupun Calum berusaha untuk menutupi kondisi depresinya namun Sophie dengan cepat dapat menyadarinya.

Apalagi tidak dapat dipungkiri, terdapat bukti-bukti bahwa ayahnya mengalami depresi seperti buku self healing yang terletak di samping TV di kamar hotel yang mereka tempati. Perlu memberikan sedikit fokus saat menonton film ini.

Jika kita menonton hanya sekadar menonton maka film ini layaknya video liburan yang bertempo pelan atau layaknya nonton video vlog di platform YouTube. 

Perceraian yang dialami Calum membuat ia menyalahkan dirinya atas peristiwa yang telah terjadi. Ia begitu menyesali perbuatannya. Atmosfer melankolis ini tidak membuat penonton bercucuran air mata atau tokoh film pun tidak menampilkannya dengan adegan menangis, namun dikemas dengan sangat sedih.

Seperti saat Sophie mengajak ayahnya berkaraoke di panggung publik namun ayahnya justru menolak dan mengecewakan Sophie. Sophie juga blak-blakan mengatakan bahwa ayahnya tidak memiliki cukup uang tetapi memaksakan diri untuk berlibur ke Turki.

Selain itu adegan saat ayahnya mabuk di pantai dan kemudian ketika tiba di hotel, ayahnya sudah dalam keadaan telanjang badan dan adegan ini justru cukup menyayat hati. Film ini mengisahkan perjalanan panjang Calum yang dipenuhi dengan penyesalan dan tokoh dalam film ini berharap agar mampu memperbaiki kehidupan hari ini dan masa depan.

Panduan Menonton Bagi Anak

Walaupun film ini mengisahkan tentang keluarga, namun bagi kamu para orang tua agar sebaiknya sedikit lebih berhati-hati saat anak di bawah umur ingin menonton film ini. Namun bagi kamu yang sudah pantas dan cukup umur, perlu memerhatikan bahwa film ini menampilkan materi seksualitas.

Mulai dari adegan ciuman bibir antara remaja laki-laki dan perempuan, ciuman sesama pria, adegan laki-laki telanjang, adanya alkohol serta narkoba yang ditampilkan, suasana adegan lampu kelap-kelip, hingga banyaknya ucapan-ucapan kotor dan kasar yang dilontarkan para tokoh dalam film.

Film ini berhasil menunjukkan perasaan emosional Sophie yang melihat kehancuran ayahnya sendiri serta adegan-adegan seksualitas yang ingin dipahami oleh Sophie. Di balik itu semua, Wells berhasil membuat film ini meraih French Touch Prize of The Jury di Festival Film Cannes. 

Berita Terkini:
krl menunggu penumpang
Bekasi Line: Jadwal dan Rute KRL Tambun Kampung Bandan
angkutan lebaran
Manajemen Operasional Berbasis Trafik akan Diterapkan Pengelola Bandara selama Musim Lebaran 2023
kelapa sawit indonesia
Dorongan OJK untuk Meningkatkan Akses Pendanaan bagi Petani Sawit
kasasi
Kejagung Akan Mengajukan Kasasi terkait Vonis Bebas Tragedi Kanjuruhan
wapres resmikan masjid istiqlal di jepang
Wapres Meresmikan Masjid Istiqlal di Jepang
mobil listrik tesla
Tesla Dikabarkan Akan Buka Kantor di Malaysia
iklan
Artikel Terkait:
review film “the help” (2011) perjuangan melawan diskriminasi dan etnosentrisme
Review Film “The Help” (2011): Perjuangan Melawan Diskriminasi dan Etnosentrisme
review film amerika liberal arts” (2012) hubungan antara mahasiswi dan lelaki paruh baya
Review Film Amerika “Liberal Arts” (2012): Hubungan antara Mahasiswi dan Lelaki Paruh Baya
review series conversations with friends
Review Series Conversations With Friends
review film amerika serikat “aftersun (2022)”
Review Film Amerika Serikat “Aftersun (2022)”
Mission Impossible Fallout Review
Review dan Sinopsis Mission Impossible 2018: Fallout
Saving Private Ryan
Saving Private Ryan: Film Perang yang Dinamis, Humanis dan Inspiratif
iklan
tmtimes logo 700x140

tmtimes.id, alias the Monkey Times, adalah portal web yang menyediakan artikel inspirasi, pemikiran dan motivasi, rekomendasi terbaik, informasi terkini, seni dan hiburan.

Bagikan artikel ini