Ringkasan Review: Anime Fortune Favours Lady Nikuko yang diproduksi oleh Studio 4°C ini diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karya Kanako Nishi. Anime yang berdurasi 1 jam 37 menit ini merupakan anime genre slice of life dengan bumbu komedi dan drama.
the Monkey Times – Anime ini dirilis pada bulan Juni 2021 dan disutradarai oleh Ayumu Watanabe dan Kenichiro Akimoto. Anime yang diproduseri oleh Sanma Akashiya ini bercerita tentang kehidupan sehari-hari seorang anak dan ibunya di pedesaan kecil. Alur cerita yang sedikit melankolis dan menunjukkan kejadian nyata serta melukiskan gambaran kemiskinan kontemporer masyarakat pesisir Jepang.
Ibu dan anaknya dalam anime ini berusaha untuk tetap hidup seadanya namun tetap berusaha untuk bahagia bersama. Santai, bersemangat, ceria, dan selalu siap menyantap sesuatu yang lezat adalah karakter utama dari tokoh ibu yang kekanak-kanakan. Tentu saja semangat ibunya tersebut membuat putrinya yang berusia 11 tahun dan di ambang pubertas, merasa malu dan tertekan karena komentar teman-temannya dan orang di sekitarnya.
Kehidupan Nikuko Menjadi Fokus Utama
Menjadi suatu kebiasaan (yang sepertinya sangat manusiawi) bagi seseorang untuk melihat bentuk fisik manusia lain. First impression selalu hadir dalam pikiran kita setelah melihat orang baru dalam hidup kita. Namun pernahkah kamu melihat seorang ibu dan anak yang sama sekali tidak mirip secara fisik? Lalu muncul pertanyaan dalam hati, “Mengapa anak dan ibu ini sama sekali tidak mirip? Apa benar itu ibunya? Ciri-ciri fisik ibunya kok tidak ada di fisik si anak?”
Pertanyaan ini juga mungkin akan muncul di benak penonton saat menonton animasi Fortune Favours Lady Nikuko. Anime ini dapat menjadi salah satu tontonan kamu karena menarik baik alur cerita dan juga visualnya yang akan memanjakan mata di saat waktu luang kamu.
Pada awalnya muncul pertanyaan selintas, “Kok Nikuko (ibu) dan Kikuko (anak perempuan Nikuko) tidak mirip ya? Nikuko memiliki fisik gemuk yang berlebihan (atau obesitas) sedangkan wajah Kikuko sama sekali tidak mirip dengan Nikuko dan berbadan kurus tidak seperti ibunya.
Mungkin Kikuko adalah anak angkatnya,” begitu kesimpulan sementara yang dapat diasumsikan setelah menonton anime ini kira-kira hingga 40 menit sejak awal menonton. Film dengan latar keseharian ini tidak mengangkat isu berat dan benar-benar menampilkan kegiatan sehari-hari kehidupan Nikuko dan Kikuko.
Gadis remaja yang setiap hari berangkat sekolah, bertemu dengan temannya, drama pertemanan di sekolah, setelah bertengkar dengan teman lalu baikan kembali, dan juga ketertarikannya kepada teman lawan jenis. Hal-hal yang mungkin sebagian besar dialami oleh anak remaja pada umumnya. Begitu juga dengan Nikuko, ia ditampilkan sebagai ibu yang berusaha keras untuk bekerja apa pun demi menghidupi anak perempuannya.
Perempuan berbadan besar tersebut ditampilkan dengan berbagai macam pekerjaan mulai dari pelayan bar, pelayan di restoran, hingga bekerja sebagai kasir swalayan ia lakukan demi orang-orang yang ia sayangi. Perempuan yang hobi makan tersebut sangat gampang untuk menjadi perempuan yang ‘bucin’ alias budak cinta. Saat ia menemukan pria yang menarik perhatiannya, ia rela memberikan apa pun demi pria tersebut termasuk uangnya.
Sayangnya, ia sangat terobsesi dengan pria-pria tersebut sehingga ia tidak mampu membedakan mana pria yang baik dan yang jahat. Ia kerap kali menemukan pria yang hanya memanfaatkan uangnya sehingga Nikuko sering membayar lunas hutang pria-pria nakal tersebut. Tidak sekali dua kali, bahkan Nikuko sangat rela bekerja keras mencari uang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pria-pria yang ia kencani.
Suatu saat, Nikuko bertemu dengan pria baik. Pria tersebut bercita-cita menjadi seorang novelis namun finansialnya tidak begitu baik. Lagi-lagi, Nikuko yang sangat bucin rela membelikan banyak novel sebagai referensi bacaan untuk pria tersebut.
Memang pria tersebut tidak nakal seperti pria-pria sebelumnya yang senang bermain dengan perempuan dan meninggalkan hutang, namun pria ini ternyata tidak berprogres dalam menulis. Ia mendadak hilang dan meninggal sehingga Nikuko teramat sedih dan mencarinya ke kampung halaman pria tersebut.
Nikuko tidak menemukannya dan memutuskan untuk tinggal di desa yang berada di pinggiran laut, kampung halaman pria yang ia kasihi. Di sinilah bermula kehidupan Nikuko dan Kikuko dimunculkan.
Menarik untuk Ditonton
Anime slice of life sering dipandang sebagai anime keseharian yang mengangkat kisah atau hal-hal lucu seperti keseharian tokoh anak perempuan berangkat dan pulang sekolah dan bertemu teman-temannya tanpa melalui suatu permasalahan yang teramat berat.
Tujuan naratif anime slice of life biasanya menunjukkan potongan cerita atau konflik yang relate dengan kehidupan. Alur anime genre ini juga biasanya dilengkapi dengan pemikiran imajinatif dari setiap tokohnya sehingga kamu tidak akan bosan menontonnya.
Alur cerita anime Fortune Favours Lady Nikuko ini agaknya berhasil mencapai tujuan tersebut. Anime ini mampu menarik perhatian penonton sehingga penonton dibawa untuk menikmati keseharian masyarakat Jepang yang tinggal di pedesaan kecil. Visual yang ditampilkan dalam anime ini sedikit mirip dengan visual anime Totoro, seakan-akan referensi yang dipakai dalam anime ini diambil dari referensi visual Studio Ghibli.
Visual anime ini penuh dengan gambar yang ekspresif serta menarik perhatian seperti visual matahari terbit dan sungai yang berkilauan benar-benar menunjukkan keindahan kota di pinggir pelabuhan. Visual kampung nelayan yang cantik serta visual makanan-makanan Jepang yang bisa menggugah selera penonton menjadi fokus dalam anime ini, terutama karena tokoh Nikuko adalah tokoh yang banyak makan dan ia juga bekerja di rumah pemanggangan dekat pelabuhan kecil.
Walaupun makanannya dianimasikan namun seakan-akan bentuk makanannya terlihat nyata dan terlihat lezat seperti roti panggang Perancis, mie goreng, hingga okonomiyaki dan camilan ubi yang dikemas begitu estetik.
Pertanyaan yang muncul di benak Kikuko saat banyak teman-temannya bertanya apakah perempuan tersebut merupakan ibunya atau tidak. Di sinilah bagian yang menarik bahwa Kikuko menjadi lebih kritis mempertanyakan tentang ibu kandungnya.
Setelah Nikuko menceritakan tentang ibu kandungnya, bagi Kikuko tetap Nikuko-lah yang menjadi ibunya. Part yang agak sedih namun menyadarkan kita bahwa seseorang dapat menjadi keluarga atau orang yang paling berharga walaupun orang tersebut tidak sedarah dengan kita.
Anime ini menjadi menarik ketika seorang ibu mendadak sangat kekanak-kanakan menjalani hidup dan tidak mempedulikan persepsi orang lain tentang perilakunya sedangkan anaknya justru bersikap dewasa dalam menghadapi sesuatu. Film ini tetap memberikan kesan-pesan yang memiliki energi positif yang dipertontonkan kepada penikmat anime.
Walaupun tokoh Nikuko terkesan mau ‘dibodoh-bodohi’ oleh zaman atau orang lain tetapi spirit yang ia punya dalam memperjuangkan hidup menjadi poin yang mungkin akan berhasil ditangkap para penonton.
Adegan mereka berdua mulai dari lembut hingga adegan pedih ditampilkan dalam anime ini sehingga membuat emosi penonton bercampur aduk. “Menjadi biasa adalah yang terbaik,” adalah prinsip yang dipegang oleh Nikuko dalam menjalani kehidupannya. Prinsip itu ia sampaikan juga kepada anaknya.
Moto yang ia miliki menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan untuk selalu takjub dalam situasi apa pun termasuk saat ia berada di situasi yang biasa saja. Kalimat ini cukup berkesan dan sepertinya menjadi biasa adalah yang terbaik sesuai dengan ‘takaran biasa’ bagi masing-masing manusia.