the Monkey Times – Kecanggihan teknologi modern yang kini diterapkan pada dunia internet juga semakin memudahkan masyarakat kita dalam menemukan layanan bantuan keuangan atau jasa pemberi hutang. Adakah cara efektif hindari godaan hutang? Mengapa kita harus berhutang?
Berbeda dari lima tahun silam dimana harus ke lembaga besar dan resmi seperti bank terlebih dahulu untuk memperoleh pembiayaan tersebut, namun kini cukup dengan penggunaan smartphone dalam genggaman saja bisa lebih cepat dan mudah mendapatkannya.
Beranjak dari fenomena ini, maka secara berkala muncul kesempatan layanan pinjaman tersebut menggoda setiap orang agar menggunakan produk jasanya.
Dengan kata lain, masyarakat digoda untuk memenuhi kebutuhan maupun keinginannya dengan cara mengangsur bayaran alias berhutang.
Apakah kita harus berhutang?
Sebagian besar manusia pasti pernah berhutang, entah itu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, atau untuk membayar sekolah anak. Kadang ada juga yang berhutang demi memenuhi gengsi agar terlihat parlente atau untuk memenuhi gaya hidupnya yang tinggi.
Dua alasan terakhir di atas tentu tidak bisa dijadikan justifikasi pembenaran untuk berhutang. Namun ada kalanya hutang jadi dibenarkan bila ada satu momen di mana kita benar-benar membutuhkannya agar keuangan kita tetap sehat.
Dengan kata lain, kita sebaiknya menyadari bahwa hutang yang diambil haruslah bersifat positif, alias dikategorikan sebagai “hutang yang baik”. Mengutip Investopedia, bila hutang membantu Anda menambah penghasilan, atau membantu Anda lebih makmur, maka hutang yang Anda ambil itu dikategorikan sebagai “hutang yang baik”.
Misalnya Anda berbisnis dan kebetulan berjalan lancar. Bisnis Anda meraup profit dan Anda membutuhkan tambahan modal guna melakukan ekspansi bisnis. Di titik ini Anda boleh-boleh saja berhutang, sebab hutang bisnis biasanya dikategorikan sebagai hutang produktif.
Hindari godaan hutang yang jelek
Hutang yang jelek adalah hutang yang tidak menambah pundi-pundi kekayaan. Sebaliknya, hutang yang jelek adalah hutang yang malah mengurangi aset yang Anda miliki.
Jadi bila Anda terlalu sering berhutang hanya untuk membeli barang-barang konsumsi, atau Anda berhutang untuk membeli mobil, maka Anda bakal terjebak dalam “hutang yang jelek”.
Di zaman sekarang rasanya banyak sekali kemudahan yang bisa didapatkan seseorang yang ingin berhutang dengan cara yang jelek. Fasilitas “pay later”, misalnya, membuat seseorang cenderung jadi konsumtif. Belum lagi kemudahan yang bisa kita dapatkan melalui skema hutang tanpa jaminan.
Atas dasar itu, menghindari godaan hutang yang dipakai hanya untuk memenuhi ego konsumtif manusia menjadi sebuah keputusan yang sangat bijak. Berhutanglah bila Anda yakin akan menggunakan uangnya untuk keperluan produktif!
Selain tidak berhutang untuk hal yang tak penting, ada tiga hal yang bisa Anda lakukan untuk hindari godaan hutang yang jelek.
Kenali kebutuhan dan keinginan
Sering ditekankan kepada setiap individu yang sedang memperbaiki kondisi keuangan pribadinya adalah untuk tidak menyamaratakan antara kebutuhan dan keinginan.
Antara kedua hal tersebut, harus dapat Anda bedakan dan jangan lebih condong ke arah keinginan saja. Sampai hari ini, mengenali kebutuhan dan keinginan masih tetap aktual dan menjadi nasihat klasik dalam keuangan yang terbukti besar perannya.
Mana yang lebih Anda butuhkan dan inginkan untuk menunjang kehidupan sebagaimana mestinya berjalan. Sebagai contoh kecil, untuk melancarkan pekerjaan tiap-tiap orang butuh sebuah perangkat komputer minimal ponsel pintar.
Harga jual produk itu sendiri dimulai dari 2 jutaan, namun yang Anda malah seharga 5 jutaan karena terpengaruh iklan. Nah, dari contoh ini dapat dibedakan yang menjadi kebutuhan kita adalah ponsel pintar yang dibanderol 2 juta rupiah.
Sedangkan yang menjadi keinginan kita adalah ponsel pintar yang dihargai 5 juta rupiah.
Lakukan perhitungan terhadap rasio hutang
Sebelum kembali berhutang, ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan setiap orang. Yaitu melakukan perhitungan terhadap rasio hutang yang sudah dibuat.
Pada kegiatan wajib ini, Anda akan membandingkan antara jumlah penghasilan bulanan dengan jumlah cicilan hutang plus bunga perbulannya.
Paling maksimal, besar hutang Anda tidak boleh lebih besar 40% dari penghasilan. Karena diluar dari persentase tersebut, akan sedikit sulit ketika Anda juga harus mengutamakan kebutuhan pokok.
Dikhawatirkan juga arus kas setiap bulan akan kacau balau dan memperburuk manajemen keuangan individu atau keluarga ini. Tidak ada yang bisa memperkirakan tepatnya kebutuhan mendesak berbiaya besar harus terpenuhi, misalnya tiba-tiba sakit atau terjadi kecelakaan dan sebagainya.
Tidak lapar mata
Istilah lapar mata sering disematkan kepada orang-orang yang berperilaku konsumtif seperti terlalu banyak mengeluarkan uang hanya untuk sesuatu yang tidak terlalu diperlukan. Sebisa mungkin hindari hal yang kurang bagus ini apabila ingin menyelamatkan keuangan pribadi Anda.
Kiat menghindari godaan hutang ini juga termasuk bagian dari poin sebelumnya yaitu menganalisa kebutuhan dan keinginan. Sebaiknya, buat perencanaan yang baik terhadap barang-barang apa yang perlu dibeli sehingga tidak menjadi konsumtif.
Tips tambahan: cara menghindari hutang ala ACCC
American Consumer Credit Counseling membocorkan 7 cara menghindari hutang agar masa depan kita aman.
- Atur pengeluaran bulanan dengan cara membedakan keinginan dan kebutuhan.
- Selalu membeli apapun dengan cara tunai.
- Hindari penggunaan “pay later”.
- Lacak pembayaran kartu kredit Anda.
- Selalu bayar hutang tepat waktu.
- Batasi pengeluaran yang memakai kartu kredit.
- Menyiapkan dana darurat.
Hindari godaan hutang yang jelek, alias hutang yang malah membuat aset Anda tergerus. Bila mampu melakukannya, keuangan pribadi Anda kemungkinan besar bisa dibuat jadi lebih sehat.
Catatan redaksi: artikel ini diperbarui 11 Mei 2021 pukul 20:14.