the Monkey Times – Maret 2020 silam, Toyota dan Hino menyamakan persepsi mereka tentang truk listrik, sekaligus terlibat dalam sebuah inisiatif pengembangan truk berat ramah lingkungan.
Truk yang dikembangkan Toyota dan Hino itu nantinya akan ditanamkan sel bahan bakar. Bentuk alatnya mirip dengan baterai, namun bedanya adalah: ia membawa reaktan yang bisa diisi terus menerus memakai hidrogen.
Ambisi mereduksi karbon dioksida
Kedua perusahaan mendeklarasikan ambisi besar untuk mereduksi emisi CO2 (karbon dioksida) sampai 2050. Khusus di Jepang, emisi CO2 memang sudah lama jadi masalah besar.
Menurut laman Toyota Global, truk berat di Jepang menumbang emisi CO2 sebesar 60 persen dari total kendaraan yang beroperasi di Jepang.
Bagi Toyota, pengembangan kendaraan listrik dengan sel bahan bakar bukanlah kesulitan besar. Sedan Toyota Mirai yang menggunakan prinsip serupa, misalnya, jadi satu bukti keahlian Toyota di bidang tersebut.
Namun kasusnya beda bila sudah berurusan dengan truk berat. Bukan cuma ramah lingkungan, namun Toyota dan Hino juga harus membuktikan bahwa truk berat yang dikembangkan nantinya juga membawa serta unsur kepraktisan.
Itu penting karena truk berat biasanya dipakai sebagai kendaraan niaga yang membawa muatan dalam jumlah besar, sekaligus sering menempuh perjalanan jauh.
Dengan mempertimbangkan faktor tersebut, truk yang diproduksi nantinya harus mampu berjalan jauh, berkapasitas besar, dan tangki bahan bakarnya mudah diisi dalam waktu singkat.

Atas dasar itulah bahan bakar hidrogen dipilih, sebab dinilai efektif untuk dipakai di kendaraan besar seperti truk berat.
Khusus di Jepang, pengembangan truk berat berbasis sel bahan bakar dibangun di atas chassis Hino Profia.
Sejumlah teknik diterapkan untuk mengurangi bobot truk guna memastikan kapasitas yang efisien.
Lebih jauh lagi, Toyota dikabarkan menggunakan susunan sel bahan bakar yang sebelumnya digunakan di Mirai generasi kedua.
Dari sisi Hino, mereka melengkapinya dengan sistem kontrol kemudi kendaraan yang khusus diaplikasikan untuk kendaraan berat tipe hybrid.
Dengan konsep seperti itu, Toyota mengkalim bahwa truk hasil pengembangan dengan Hino itu nantinya akan mampu berjalan sejauh 600 kilometer.
Fuel cell electric truck (FCET) kelas 8 untuk pasar Amerika Utara
Toyota dan Hino bukan hanya berambisi, kemudian menaruh keuntungannya semata untuk pasar truk di Jepang.
Toyota Global, Selasa (06/10/2020), mengumumkan bahwa Toyota Motor North America (TMNA) dan Hino USA sepakat untuk mengembangkan Fuel Cell Electric Truck (FCET) kelas 8 khusus untuk pasar otomotif Amerika Utara.
Beda dengan kolaborasi Toyota – Hino di pasar Jepang, kolaborasi di Amerika Serikat itu akan mengembangkan Hino XL Series dengan menyertakan prinsip teknologi fuel cell yang serupa dengan yang sedang dikembangkan Toyota dan Hino di Jepang.
“Hino XL Series versi fuel cell akan senyap, halus, dan berkekuatan tinggi, yang tidak menghasilkan emisi apapun kecuali air,” kata Teknisi Eksekutif Senior dari Toyota Research and Development, Tak Yokoo, di situs resmi Toyota Global.
Rencananya truk berbasis sel bahan bakar pertama hasil kolaborasi Toyota dan Hino akan diperkenalkan ke publik di kuartal pertama 2021.