the Monkey Times – Anak muda Kota Batu, Jawa Timur tampaknya memiliki privilege yang tidak dimiliki anak muda di daerah lain, khususnya anak muda yang tinggal di Desa Sumber Brantas. Di bawah naungan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), Desa Sumber Brantas memiliki sebuah organisasi yang bernama TV Desa Sumber Brantas.
KIM sendiri adalah bagian dari Dinas Kominfo Kota Batu. Tidak hanya di Desa Sumber Brantas, namun desa-desa yang berada di Kota Batu juga memiliki organisasi yang menampung minat bakat masyarakat Batu yang ingin belajar di dunia kreatif khususnya TV dan film.
Di desa Sumber Brantas sendiri, TV Desa Sumber Brantas telah launching sejak 2019. Septiana Hidayatus (24) telah menjadi bagian dari TV desa sejak 2021. Ia mengatakan TV desa memang berada di bawah naungan pemerintahan, namun secara dinamika tidak ada persyaratan khusus untuk gabung dengan organisasi.
Organisasi yang Sangat Terbuka
Bahkan juga tidak ada kontrak tertentu. Organisasi ini sangat terbuka dan siapa pun boleh bergabung. Hida juga bercerita bahkan ada orang tua yang hampir 60 tahun masih tetap aktif dan terus belajar bersama organisasi tv desa. Walaupun secara syarat dan ketentuan fleksibel namun para anggota akan tetap tercatat dalam Surat Keterangan (SK) yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat.
Organisasi ini setiap tahunnya mengikuti festival film yang diselenggarakan oleh Diskominfo Kota Batu. Selain itu tv desa akan membantu pihak lembaga desa dalam hal pembuatan konten edukasi. Tidak kalah penting, organisasi ini tetap hadir di tengah-tengah masyarakat dalam hal kegiatan live streaming dan reportase seperti saat kegiatan ulang tahun desa.
Menurut Hida, organisasi ini sangat disupport oleh desa, khususnya dalam hal fasilitas dan peralatan. Di organisasi ini anak-anak yang bergabung juga saling sharing pengetahuan dan skill teknis. Seperti ketua TV desa Fafa Ardiansyah yang adalah lulusan SMK jurusan broadcasting.
Maka Fafa akan berbagi pengetahuannya mengenai dunia tv dan film. Dalam setiap proses, posisi anggota juga akan selalu di-rolling. Hida mengatakan bahwa ia selalu berganti posisi mulai dari pengalamannya menjadi asisten sutradara, script continuity, kleper, dan talent coordinator. Transfer ilmu tidak berhenti di lingkungan internal organisasi saja.
Pemerintah secara penuh mendukung proses pembelajaran anak-anak TV desa. Setiap tahunnya pemerintah akan mengadakan workshop misalnya di bidang editing video atau di bidang kreatif lainnya.
Sesuai pengamatan dan pengalaman Hida, tv desa didominasi oleh anak-anak yang memang stay di Batu. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk akan selalu welcome dengan siapa pun yang keluar masuk kota Batu, dengan catatan akan tetap mau berproses dan belajar bersama. Seperti halnya Hida yang tetap membantu dalam hal scriptwriter walaupun ia sedang bersekolah di Yogyakarta.
Walaupun secara dukungan dan fasilitas tv desa sudah tercukupi, namun tv desa juga tetap menghadapi berbagai macam tantangan dan kendala. Seperti kendala keuangan. Mengingat biaya pembuatan film pendek tidak sedikit, maka anggota tv desa akan berusaha secara mandiri untuk mencari dana sponsorship atau anggota akan membuka jasa sewa peralatan untuk digunakan desa tetangga.
Di sisi lain, karena mengingat anggota tidak terikat kontrak atau perjanjian khusus maka ada kalanya sangat sulit untuk mengumpulkan anggota. Hal ini terjadi karena mau tidak mau setiap anggota juga akan tetap mendahulukan kepentingannya masing-masing.
TV desa bukan hanya sekadar organisasi untuk have fun dan menyalurkan minat bakat semata. Namun para anggota juga tetap sefrekuensi untuk berusaha memenangkan penghargaan. Memang belum sampai ke tingkat nasional, namun tv desa pernah memenangkan penghargaan tingkat provinsi di ajang festival Golkar Jatim TV.
Prestasi adalah sebuah pencapaian, namun tv desa akan tetap mengangkat isu-isu yang terjadi di Desa Sumber Brantas. Anggota akan selalu berusaha mengemas isu lewat film pendek dan membagikan konten-konten edukasi kepada masyarakat luas.
“Tujuan kita sebatas eksplorasi dan mengembangkan bakat. TV desa menjadi wadah eksperimen wadah belajar. Kita akan berusaha untuk tetap kritis di jalan yang berbeda dan menghasilkan konten yang dibalut dengan story.” – Septiana Hidayatus