the Monkey Times – Di usianya yang menginjak 104 tahun, seorang tua ditemukan meregang nyawa di jalanan di luar kota Larissa. Wajah mayat orang tua itu tertutup pakaiannya sendiri.
Nama orang tua itu Hippocrates, dan mereka yang mengambil sekolah kedokteran umumnya mengenal dia sebagai Bapak Kedokteran. Hippocrates mungkin lahir di era Yunani Kuno pada 460 SM di Pulau Kos dan meninggal pada 375 SM di Larissa, Thessaly.
Lebih dari 70 buku dia tulis sepanjang hidupnya- sebuah prestasi seumur hidup yang kemudian mengganjarnya dengan sebutan Bapak Kedokteran (modern).
Julukan yang disematkan kepada Hippocrates bisa jadi tidak berlebihan, mengingat karya tulis yang disusunnya semasa hidup memberi lebih banyak sumbangsih bagi perkembangan keilmuan kedokteran.
Pujian terhadap Hippocrates, misalnya, bisa dibaca lewat tulisan berjudul Useful known and unknown views of the father of modern medicine, Hippocrates and his teacher Democritus yang dimuat di jurnal Hell J Nucl Med 2008; 11(1): 2- 4 (PDF).
Di jurnal tersebut, Philip C. Grammaticos dan Aristidis Diamantis menceritakan Hippocrates sebagai orang yang sanggup mendeskripsikan berbagai macam penyakit, sekaligus cara pengobatannya, secara saintifik.
Lebih jauh lagi, Hippocrates melakukan itu setelah melakukan serangkaian observasi mendetail terhadap penyakit-penyakit yang ditelitinya.
Hidup Hippocrates dan guru-gurunya
Hidup Hippocrates identik dengan dua julukan profesional yang mengarah padanya: guru dan dokter. Seperti dicatat laman ensikopledia Brittanica, filsuf terkenal Plato menyebut Hippocrates sebagai ‘Asclepiad of Cos’ – julukan yang kurang lebih diartikan sebagai orang yang terlahir di keluarga yang secara tradisi melahirkan dokter-dokter terbaik dari generasi ke generasi.
Menurut Plato, Hippocrates adalah orang yang mengajar murid-murid dengan imbalan bayaran, sekaligus menyiratkan Hippocrates sebagai dokter yang sama terkenalnya dengan para pematung seperti Phidias dan Polyclitus.

Plato pula yang menurut cerita pernah memuji Hippocrates di karyanya yang berjudul Phaedrus, dan menjulukinya sebagai dokter yang mengedepankan pendekatan filosofis.
Layaknya seorang guru yang mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya, Hippocrates pun belajar kepada banyak guru.
Syahdan, dia diceritakan pernah melakukan perjalanan ke Samos. Disana dia belajar matematika kepada Pythagoras. Selesai di Samos, ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Ephesus dan Militos, kemudian ke Memphis di Mesir, dan ke Larissa, tempat persemayaman terakhirnya.
Konon informasi terkait hidup Hippocrates berserakan dan kurang bisa diandalkan, menurut Mark Cartwright lewat tulisannya di Ancient History Encyclopedia.
Namun mungkin salah satu catatan tentang hidup Hippocrates tertuang dalam Life of Hippocrates yang ditulis seorang dokter bernama Soranus of Ephesus. Catatan itulah yang dipercaya sebagai sumber berharga tentang pengobatan di era Yunani Kuno.
Dari catatan Soranus pula kita bisa tahu bahwa Hippocrates mengenal kaum sofis terkenal abad ke-5 yang bernama Gorgias of Leontini.
Kemungkinan besar sang dokter berguru padanya. Seterusnya catatan yang sama menyebut informasi bahwa Hippocrates sempat mempelajari ilmu kedokteran dari ayahnya dan seorang guru bernama Herodicus of Selymbria.
Guru yang bernama Democritus
Suatu waktu di Yunani, tepatnya di dearah Avdira, Thrace, hiduplah seorang Democritus. Dialah orang yang mempercayai konsep multi-semesta (multiverse) dan pada gilirannya dia percaya alam semesta abadi. Takkan pudar.
Keyakinan tersebut membuat nama Democritus dikenang pilar fisika modern. Dan dia adalah salah satu dari sekian banyak guru bagi Hippocrates.
“Beberapa waktu sebelum kematiannya,” tulis Grammaticos dan Diamantis, Democritus memilih hidup di luar kota Avdira [untuk] mempelajari burung-burung. “Dan dia sering tertawa-tawa sendiri,” lanjut mereka.

Kejadian macam itu mengundang tanda tanya terhadap kesehatan mental Democritus. Jadinya wajar bila penduduk Avdira menganggap Democritus sudah gila. Mereka kemudian mengundang Hippocrates untuk melakukan pemeriksaan kepada Democritus. Walhasil, sang dokter datang ke Avdira memenuhi panggilan tersebut.
“Hipocrates datang dari Kos dan setelah pertemuan dengan Democritus dia mengumumkan ke penduduk Avdira bahwa Democritus adalah gurunya dan dia sehat dan jauh lebih waras ketimbang banyak orang di Avdira,” demikian Grammaticos dan Diamantis menulis.
Sayang karena catatan yang terbatas, tidak ada penjelasan lebih lanjut apa yang dipelajari Hippocrates dari Democritus. Mungkinkah dia belajar fisika kepada sang guru?
Menemukan metode
Artikel Health care practices in ancient Greece: The Hippocratic ideal yang dimuat di NCBI menyebut praktik medis yang dilakukan Hippocrates fokus pada perawatan serta pendekatan alamiah sekaligus menekankan pada pemahaman akan kondisi kesehatan pasien, kemerdekaan pikiran dan kebutuhan akan harmoni antara individu, sosial dan lingkungan alamiah.
Sederhananya, Hippocrates percaya bahwa filosofi “pikiran sehat di dalam tubuh yang sehat” jadi sebuah jargon penting yang diaplikasikan ke dalam setiap metode pengobatan yang dia lakukan.
Jadilah ia memilah dan membagi tiga kategori utama yang perlu diamati dalam setiap perawatan: promosi kesehatan, perawatan trauma dan perawatan mental.
Hanya saja kita tetap harus memperhatikan konteks metode pengobatan ala Hippocrates yang tidak bisa dilepaskan dari situasi Yunani Kuno tempat dimana sang dokter hidup.
Dia percaya bahwa ketiga kategori utama diatas jadi penting, mengingat Yunani Kuno di masa dia hidup merupakan negara yang penuh dengan kejadian-kejadian penting.
Sebagai contoh terkait dengan perawatan trauma, misalnya, Hippocrates memasukkan metode pengobatan dengan teknik operasi. Teknik ini dipilih karena Yunani Kuno waktu itu kerap dilanda perang.
Pemikiran yang sama kurang lebih dibangun Hippocrates untuk metode perawatan mental, di mana sang dokter percaya terapi berbasis seni dengan menggunakan drama dan musik jadi senjata ampuh untuk perawatan penyakit yang berhubungan dengan psikologi atau mental seseorang.
Di titik itu, warisan pemikiran Hippocrates di bidang metode pengobatan medis kemudian melahirkan apa yang disebut Hippocratic Oath atau sumpah Hippocrates.
Menurut kabar, sumpah Hippocrates dinilai suci, terutama bagi orang-orang yang terlibat praktik medis kedokteran. Dan sampai sekarang pun masih dilafalkan oleh oarang-orang yang mempelajari kedokteran; bahkan jadi standar etik dunia kedokteran.
Bunyi sumpahnya mulia: untuk mengobati orang sakit dengan kemampuan terbaiknya, untuk menjaga privasi pasien, untuk mengajarkan rahasia pengobatan kepada generasi berikutnya, dan seterusnya.
Nisbat Hippocratic Oath bukan untuk Hippocrates?
Sementara sumpah diatas dinisbatkan kepada Hippocrates, ada sejumlah anggapan yang mempertanyakan keabsahan penyebutan nama sang dokter di depan ‘Oath’.
Salah satu orang yang tidak setuju dengan penisbatan Hippocrates pada sumpah tersebut adalah Helen King, seorang professor Studi Klasik di Open King University.
Dalam tulisan berjudul Hippocrates didn’t write the oath, so why is he the father of medicine? yang dimuat di the Conversation, King menggugat keabsahan status nisbat tersebut.
“Faktanya bukan cuma [Hippocratic] Oath, tapi juga 60 lebih risalah Yunani kuno tentang pengobatan yang kita sebut “Hippocratic corpus”, [yang] semuanya anonim.
Mereka semua ditulis [ulang] berabad-abad lamanya dalam dialek Yunani yang berbeda. Masing-masing [juga] berbeda dalam hal gagasan tentang tubuh dan penyembuhan.
Jadi akademisi Klasik hari ini [sepakat] berpendapat bahwa semua [korpus] itu tidak mungkin ditulis oleh satu orang,” tulis King.