the Monkey Times – Penderita diabates mungkin takkan bertahan hidup lebih lama andaikan tidak ada insulin. Dan bila menyebut insulin, mata kita tidak boleh teralih dari Frederick Banting.
Banting menemukan cara mengekstrak insulin, hormon peptide yang diproduksi pankreas. Jadi tidak berlebihan bila ia disebut sebagai penyelamat hidup jutaan orang di seluruh negara, yang terpaksa menanggung hidup sambil dibayangi penyakit diabetes.
Syahdan, umur Banting menginjak angka 32 tahun pada 1923. Namun berkat keberhasilannya mengekstrak hormon insulin dari pankreas, dia diganjar Hadiah Nobel di bidang kesehatan.
Hadiah nobel sudah lebih dari cukup untuk mentasbihkannya sebagai orang Kanada pertama yang menerima penghargaan prestisius tersebut. Usianya juga relatif masih muda ketika menerima nobel.
Hidup Banting sebelum Insulin: di medan perang
Nama lengkapnya Frederick Grant Banting. Dia lahir di Alliston, Ontario, Kanada pada 14 November 1891. Anak bontot dari lima bersaudara itu menghabiskan masa SMU-nya di Public and High Schools di kota kelahirannya.
Setelah lulus SMA, dia meneruskan pendidikan di University of Toronto. Banting muda mula-mulai belajar ketuhanan di universitas, meski kemudian pindah haluan ke bidang kedokteran. Walhasil dia lulus dan mendapat gelar sarjana kedokteran pada 1916.
Tahun-tahun selama menjadi mahasiswa dan setelah menerima gelar sarjana kedokteran sekaligus menandai periode dimana Banting harus menerima nasib hidup di antara kelompok negara Barat yang menumpahkan nafsu mereka di Perang Dunia I. Itu terjadi selama empat tahun dari 1914 sampai 1918.
Perang Dunia I perlu dicatat dalam biografi Banting sebab porsi hidupnya sebagai dokter sempat dihabiskan di medan perang.
Periode awal Perang Dunia I mencatat nama Banting sebagai seorang mahasiswa yang sempat menawarkan diri untuk terjun ke medan perang sebagai prajurit, meski kemudian aplikasinya ditolak karena penglihatannya yang bermasalah.
Dua kali lamaran Banting ditolak, sampai akhirnya dia diterima bergabung di korps Canadian Army Medical Service (Militia) pada September 1915.
Banting kemudian menghabiskan musim panas 1916 dengan berlatih sebagai prajurit di markas Militia, sebelum akhirnya kembali ke Toronto untuk menyelesaikan pendidikan sarjana kedokterannya.
Statusnya sebagai sarjana kedokteran menempatkannya ke dalam barisan pasukan medis Royal Canadian Medical Corps. Di korps itu Banting berkumpul dengan teman-temannya dan memulai tugasnya sebagai doktor pasukan medis di Toronto Base Hospital.
Dari sana dia kemudian melanjutkan pelatihan militer di New Brunswick. Dan setelahnya sejarah mencatat Banting yang dipromosikan sebagai letnan, dimana pangkatnya kemudian dinaikkan lagi menjadi kapten.
Perang Dunia I membawa Banting ke Perancis. Dia bertugas di garda depan pasukan medis. Gara-gara sangat terlatih di bidang bedah ortopedi, Banting boleh dibilang berhasil sebagai prajurit medis handal.
Di Perancis lah Banting terlibat dalam Perang Canal du Nord. Di sana dia menerima cedera lengan akibat pecahan bom, persis di tengah perang yang memakan banyak korban. Heroisme Banting sebagai prajurit diceritakan dengan baik di momen genting itu.
Cedera yang diterimanya di Canal du Nord membuatnya menerima perintah untuk menyingkir dari medan perang. Namun dia bersikeras membantu perawatan prajurit lain, dan menghabiskan 17 jam untuk melakukannya, sebelum dia sendiri dibawa ke rumah sakit untuk dirawat.
Aksi heroiknya itu diganjar medali Military Cross yang sangat prestisius dalam sejarah militer Kanada. Konon katanya Banting menerima medali tersebut bersama 3000 prajurit Kanada lainnya.
Setelah perang berlalu
Perang Dunia I usai pada 1918. Setahun setelahnya Banting menerima Military Cross. Sejarah kemudian mencatat Banting yang kembali ke Toronto untuk menyelesaikan pendidikannya di bidang bedah ortopedi di Hospital for Sick Children.
Selesai dengan pendidikannya, dia membuka klinik di London, Ontario, Kanada. Namun “karena bisnisnya lambat, dia bekerja sebagai profesor paruh waktu di Universitas of Western Ontario,” tulis Siang Yong Tan dan Jason Merchant di Singapore Medical Journal.
Di universitas itulah Banting mengajar tentang pankreas. Tan dan Merchant melukiskan kecermatan Banting yang meninjau semua informasi yang diketahuinya tentang kelenjar tersebut.
Suatu kali ada sejumlah eksperimen yang berusaha mengekstrak cairan pankreas kemudian digunakan untuk mengobati pasien dengan penyakit diabetes. Tiada satu pun eksperimen tersebut yang berhasil meringankan beban derita pasien.
Sampai suatu kali Banting menelurkan ide: kenapa nggak mengekstrak cairan murni dari sel islet di pankreas saja? Banting kemudian mempresentasikan ide tersebut ke Profesor John James Richard Macleod, seorang ahli metabolisme karbohidrat yang mengepalai laboratorium Universitas Toronto. Banting meminta restu kepada Macleod.
Sayangnya Macleod tidak tertarik dengan ide Banting, kendati si profesor memperbolehkannya memakai laboratorium universitas untuk melakukan riset lanjutan.
Setelah mendapat izin memakai lab, Banting melakukan eksperimen dengan bantuan Dr Charles Herbert Best. Kelak nama rekannya itu dicatat bersama dengan Banting sebagai “duet pengekstrak insulin dari pankreas”. Mula-mula percobaan mereka melibatkan ekstraksi cairan dari kelenjar pankreas anjing.
Serangkaian percobaan awal yang dilakukannya bersama Best memang gagal mempertahankan penurunan gula darah dalam waktu lama. Namun satu percobaan menggunakan ekstrak cairan dari sel islet – dimana Batling menggunakan cairan tersebut untuk merawat seekor anjing bernama Marjorie – berhasil menurunkan level gula darah di dalam tubuh Marjorie secara drastis. Di titik itulah Banting menamai cairan ekstraksinya itu sebagai ‘isletin’.
Walau melakukan lompatan besar, Banting membutuhkan sesuatu yang lebih pasti: kemampuan isletin untuk mempertahankan penurunan gula darah dalam waktu lebih lama.
Dia kemudian menyadari pentingnya melakukan ekstraksi cairan dari janin dan bayi binatang yang menurut pendapatnya mengandung lebih banyak sel islet ketimbang binatang dewasa. Banting kemudian melakukan eksperimen memakai janin sapi, dan berkesimpulan bahwa isletin dari sumber tersebut bekerja dengan baik, sama seperti yang sudah dilakukannya dengan isletin yang diekstrak dari pankreas anjing.
Profesor Macleod akhirnya menyadari pentingnya penemuan Banting, sampai-sampai dia memutuskan untuk memberikan seluruh bagian lab untuk menunjang kerja penelitian Banting. Macleod juga lah yang mengganti ‘insletin’ menjadi ‘insulin’, yang bermakna ‘pulau’ dalam Bahasa Latin.
Empat orang itulah, plus ahli biokimia bernama Dr James Collip, yang kemudian dikenang sebagai tim yang berhasil memurnikan ‘insulin’ hingga cocok digunakan manusia, terutama untuk mereka yang menderita diabetes.