Ringkasan
- Inggris memproduksi tank pertama yang diberi nama Little Willie pada 1915.
- Di Perang Dunia 1, tank Jerman A7V dan A7VS berhadapan dengan tank Inggris Mark V dan Mark A
the Monkey Times – Omong kosong bila kita membicarakan Perang Dunia 1 tanpa melibatkan narasi mengenai tank, kendaraan yang dalam dunia militer dikenal sebagai ujung tombak peperangan darat. Kita bakal kesulitan membayangkan medan perang modern tanpa membicarakan keberadaan tank.
1915: tahun yang menandai keberadaan tank pertama dalam sejarah
Dunia “Barat” sedang bersitegang satu sama lain. 1914 adalah era di mana ‘perang parit’ (trench warfare) sedang ramai-ramainya. Mengutip ensiklopedia Britannica, tensi perang parit memuncak sepanjang Perang Dunia 1 (1914 – 1918). Jutaan pasukan Jerman dan Prancis saling berhadapan di garis area parit yang memanjang dari timur laut Prancis sampai Swiss.
Di tengah hujan peluru dan tembakan artileri yang tiada henti, para prajurit menggali parit perlindungan. Dalam konteks perang itulah tank lahir.
Syahdan, Ernest Swinton dan William Hankey tercatat dalam sejarah sebagai dua individu yang mempelopori kelahiran tank. Mereka berdua menggelontorkan ide pada 1914, yang intinya menghendaki produksi kendaraan lapis baja dengan roda conveyor-belt-like yang mampu menembus segala macam medan – bahkan yang paling sulit sekali pun.
Swinton dan Hankey adalah dua elit Kerajaan Inggris waktu itu. Nama pertama merupakan kolonel di satuan angkatan bersenjata Inggris. Dan Hankey adalah sekretaris Committee for Imperial Defence.
Dengan ide itu, mereka berdua menghadap Menteri Angkatan Laut Kerajaan Inggris, Winston Churcill. Tentu saja mereka berharap ide “brilian” mengenai tank bisa disetujui sang menteri.
Gayung bersambut. Ide Swinton dan Hankey disetujui Churcill, yang kemudian mendirikan Landships Committee untuk memulai pengembangan purwarupa kendaraan tank. Setahun kemudian, tepatnya pada 1915, tank pertama Little Willie lahir. Dengan bobot 14 ton, tank Little Willie didesain supaya bisa melewati parit dengan mudah.
Tapi namanya juga purwarupa, Little Willie gagal memenuhi fungsinya. Alih-alih sukses melewati parit, ia malah sering terjebak di dalamnya. Kecepatannya pun lamban, hanya 3,2 km per jam, menurut artikel First Tank Produced yang ditulis History.
Debut tank di Perang Dunia 1
Purwarupa kedua, dengan nama Big Willie, kemudian diproduksi. Ia memulai debut pada 1916 di medan pertempuran Battle of Sommee 15 September di tahun yang sama. Di medan itu dia memakai nama Mark I. Walau sering rusak di medan pertempuran, berisik suaranya, dan kabin yang terasa panas, orang mau tidak mau mengakui bahwa Mark I menyimpan potensi menjanjikan.
Setahun kemudian, tepatnya pada November 1917, lahir Mark IV di medan pertempuran Battle of Cambria. Ketimbang kakaknya, Mark IV menuai sukses besar-besaran, dengan keberhasilan melumpuhkan 8,000 pasukan darat dan 100 artileri musuh. Angkatan bersenjata Inggris sukses dengan tanknya, yang kemudian membuat musuh mereka, Jerman, terpacu mengembangkan tank yang lebih besar dan lebih berat.
Kisah tentang Jerman yang tidak mau kalah dengan Inggris dalam soal pengembangan tank dimulai pada 1918. Sebelum 1918, menurut risalah yang terangkum dalam Tank Battles of World War I karangan Bryan Cooper, Jerman tidak memiliki tank produksi sendiri. Namun pasukan mereka berhasil mengambil alih beberapa tank Mark IV di Battle of Cambria.
Jerman kemudian menarik Mark IV tersebut dari pertempuran garis depan, dan membawa kendaraan rampasan itu ke kandang mereka. Mark IV kemudian dipakai sebagai sarana untuk melatih Korps German Panzer yang dibentuk belakangan.
Tapi toh situasi medan Perang Dunia I tidak begitu menggembirakan. Aliansi Prancis, Inggris dan Belgia kehilangan banyak prajurit, sampai-sampai pasukan mereka tereduksi hingga menyisakan 164 orang pada 1918. Di pihak Inggris, kekuatan mereka tereduksi juga, menyisakan 10 batalion, dari yang tadinya berjumlah 13 batalion. Walhasil, kemampuan perang aliansi – khususnya Inggris – berkurang banyak.
Walaupun Amerika Serikat kemudian memberi bantuan kecil berupa 4 divisi pasukan pada 1918, bantuan mereka tidak berarti banyak bagi pasukan aliansi, dikarenakan friksi politik dan pertikaian internal di antara para Jenderal dan politikus di kalangan mereka sendiri.
Situasi tidak mengenakkan yang dialami pasukan aliansi, di satu sisi, menguntungkan Jerman. Apalagi di sisi lain Rusia ikut kolaps pada 1917. Setahun kemudian, pasukan Jerman mulai mengungguli pasukan aliansi dari segi jumlah – 192 divisi pasukan Jerman melawan 164 divisi pasukan aliansi. Jerman kemudian melakukan serangan ofensif besar-besaran pada 21 Maret 1918, yang menyasar garis pertahanan Inggris di antara Sungai Oise dan Sensee.
Di saat yang hampir bersamaan, Inggris menunjukkan kekuatan pasukan tank mereka. 24,000 pasukan tergabung dalam 14 batalion, yang mengandalkan kemampuan dua tank terbaru yang dikembangkan khusus untuk perang 1918: Mark V (dengan bobot lebih berat) dan Mark A (dengan bobot lebih ringan). Di pihak aliansi, Prancis juga mengembangkan tank Renault yang berbobot ringan.
Tank aliansi kini berhadap-hadapan dengan tank Jerman, A7V yang diproduksi dalam kondisi serba terburu-buru. Di bulan Maret 1918, Jerman memakai 10 tank A7V. Ditambah dengan 5 tank A7VS dan 25 tank Mark IV yang disita dari peperangan sebelumnya, Jerman mengandalkan modal 40 tank guna berhadapan dengan tank pasukan aliansi.
A7V tidak bisa dibilang sebagai tank yang digarap dengan desain sempurna, tapi cukup memberikan kejutan bagi pasukan darat alinasi. Dengan bobot hampir 40 ton dan panjang 7,3 meter, A7V sanggup membawa 16 kru di dalam kabin tank.
Pertempuran seru terjadi antara pasukan tank aliansi dan Jerman. Inggris kemudian menang melawan tank Jerman, namun dengan mengorbankan sumber daya pasukan yang besar. Aliansi – terutama Inggris – sebetulnya tidak menang mutlak melawan pasukan tank Jerman.