the Monkey Times – Pecahnya Perang Dunia 2 memang memberikan banyak dampak buruk bagi negara-negara di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia. Jepang yang tidak ikut andil dalam Perang Dunia 1, mendadak bergabung dengan Poros Jerman bersama Italia.
Negara ini menyatakan ingin mempersatukan wilayah Asia Timur. Perang Dunia 2 di Asia Pasifik serta pendudukan militer Jepang di Indonesia pun menjadi salah satu sejarah yang tercatat dan harus dipahami.
Dimulai dari Pearl Harbor
Perang Dunia 2 menjadi sejarah kelam yang terjadi di masa lampau. Puluhan juta masyarakat tewas dan banyak negara yang menelan pil pahit harus dijajah dengan kejam.
Perang Asia Pasifik tidak lepas dari serangan dadakan yang dilancarkan Jepang ke Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941.
Serangan ini pun menghancurkan sebagian besar kapal dan pesawat perang milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Dengan adanya serangan kepada negara sekutu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda Van Starkenborgh Belanda pun menyerukan perang terhadap Jepang.
Jepang pun bergerak dengan cepat dan mulai melakukan invasi ke arah selatan. Di tanggal 8 Desember 1941, Jepang pun merebut bandara Clark Field dan Iba yang berada di Pulau Luzon Filipina.
Keduanya pun dapat dengan mudah ditaklukan dan setelah itu Jepang juga menguasai Pulau Hainan, Bangkok dan Hongkong. Jatuhnya Hongkong jelas menjadi salah satu tamparan keras bagi Inggris, karena negara ini adalah pos paling depan milik negara Britania Raya di Asia.
Jepang juga berhasil merebut Pulau Luzon dan Bataan yang ada di Filipina pada tanggal 10 Desember 1941. Dalam proses perebutan ini, terjadi perlawanan hebat dari para pasukan Amerika yang saat itu dibantu oleh sukarelawan Filipina.
Tidak lama kemudian, di tanggal 16 Desember 1941, Jepang telah berhasil menduduki Myanmar dan terakhir, Davao di Filipina juga jatuh ke tangan Jepang pada tanggal 20 Desember 1941.
Dengan berbagai negara yang mulai direbut dan berhasil diduduki Jepang, Sekutu pun akhirnya mendirikan ABDACOM yang merupakan singkatan dari American, British Dutch Australian Command. Markas dari komando ini berada di Lembang yang dekat dengan Bandung.
Komando yang baru dibentuk inipun resmi beroperasi pada tanggal 15 Januari 1942. Pemimpin dari ABDACOM adalah Sir Archibald Wavell yang merupakan panglima besar dari Inggiris. Tidak hanya ABDACOM saja, Sekutu juga mendirikan Front ABCD yang terdiri dari America, British, Cina dan Dutch.
Disaat terbentuknya pasukan gabungan di atas, Malaysia, Sulawesi, Sumatera dan Jawa juga berhasil dikuasai Jepang. Padahal pada saat itu, Malaysia masih dikuasai oleh Sekutu. Tapi, dengan gerakan cepat, Jepang dapat dengan cepat mengambil alih. Lalu pada tanggal 24 Januari 1942, Jepang juga telah berhasil merebut Tarakan, Kendari dan Balikpapan.
Karena di Balikpapan banyak sekali sumber minyak, maka Jepang pun melakukan penyerangan secara hati-hati, karena sumber daya alam yang satu ini sangat mereka butuhkan. Tapi, di tengah pertempuran, Belanda menghancurkannya. Tak lama kemudian, yaitu pada tanggal 3 Februari 1942, Samarinda pun jatuh di tangan Jepang.
Karena di Samarinda terdapat bandara atau lapangan terbang, maka dengan mudah Banjarmasin berhasil direbut Jepang pada 10 Februari 1942. Ketika Palembang juga berhasil diduduki di tanggal 14 Februari 1942, maka Jepang dengan sangat mudah mulai melakukan invasi ke Pulau Jawa.
Cepatnya pergerakan Jepang dalam menduduki Asia Tenggara tidak lepas dari taktik dan bantuan di squad udara. Tentu saja Sekutu kewalahan akan serangan Jepang yang berjalan terus menerus.
Hal ini tidak lepas dari kekuatan udara yang dimiliki Sekutu sudah semakin melemah karena terus bertempur. Belum lagi Pearl Harbor masih belum bisa memberikan banyak bantuan setelah dihancurkan masal.
Akhirnya pada bulan 8 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Peristiwa ini terjadi di Subang, Jawa Barat dengan penyerahan diwakili oleh Letnan Jenderal Ter Poorten dari Belanda dan Jenderal Hitoshi Imamura dari pihak Jepang.
Pengaruh Kedudukan Jepang di Indonesia
Dengan adanya penyerahan ini, maka secara resmi Indonesia yang awalnya masuk dalam bagian Hindia Belanda, akhirnya menjadi wilayah jajahan dari Jepang. Dimana kejadian ini pun memberikan banyak perubahan bagi masyarakat Tanah Air.
Jepang secara besar-besaran menerapkan banyak kebijakan mulai dari pemerintahan hingga aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Adapun tujuan jelas dari kebijakan yang dibuat Jepang untuk Indonesia, yaitu:
- Menghapuskan seluruh pengaruh barat dari rakyat Indonesia
- Menggerakan seluruh rakyat Indonesia untuk memperoleh kemenangan bagi Jepang dalam Perang Asia Pasifik.
Keluarnya Belanda dari seluruh kawasan di Indonesia, pada awalnya disambut dengan baik. Hal ini tidak lepas dari bujukan Jepang kepada rakyat Indonesia.
Mengingat kala itu Indonesia sudah dijajah Belanda selama 3,5 abad, tentu saja dengan iming-iming Jepang yang memberikan simpati seperti gayung bersambut.
Jepang memberikan banyak janji dengan mengatakan bahwa Jepang dan Indonesia adalah saudara tua. Sehingga harus membantu, bahkan Jepang membuat kebijakan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di samping Bahasa Jepang.
Bahkan Jepang mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang. Rakyat Indonesia juga diizinkan untuk masuk dalam organisasi pemerintah.
Tapi, tentu saja semua palsu. Lama kelamaan, Jepang menunjukan wajah aslinya dengan mulai membatasi pergerakan rakyat. Dengan dibubarkan paksa seluruh partai yang ada. Bahkan surat kabar pun dihentikan dan hanya ada koran Jepang–Indonesia. Tidak hanya dari pemerintah dan kebebasan berpendapat.
Jepang juga semakin serakah dengan merampas hasil panen, terutama padi. Alhasil rakyat Indonesia pun kesulitan mendapatkan makanan. Kelaparan dan kurang gizi meningkat, hingga angka kematian pun juga semakin tinggi.
Tidak hanya memeras hasil jerih payah rakyat dan sumber daya alam, Jepang merampas kebebasan rakyat Indonesia untuk dipekerjakan paksa atau Romusha.
Perang Dunia 2 di Asia Pasifik serta pendudukan militer Jepang di Indonesia mungkin hanya sebentar saja terjadi. Tapi, luka dan trauma yang ditinggalkan sangatlah besar. Perang yang terjadi tidak hanya menyebabkan kerusakan secara fisik, tapi juga dari seluruh aspek kemanusiaan.