the Monkey Times – Apakah kalian tahu bahwa wilayah di asia ini pada masa perang dunia 2 tidak pernah dikuasai Jepang adalah salah satu negara ASEAN? Sejarah mencatat bahwa pada saat Perang Dunia 2, Jepang berusaha menguasai hampir seluruh Asia Timur. Bekerja sama dengan Jerman dan Italia, Jepang pun turut dalam pertempuran paling mematikan dalam sejarah tersebut.
Negara yang tidak pernah dijajah Jepang di masa Perang Dunia 2 adalah Thailand. Negara tetangga Indonesia ini bahkan tidak pernah dijajah juga oleh bangsa Eropa. Tentu saja hal ini bukan tanpa alasan. Ada banyak sekali faktor kenapa Jepang dan Negara Eropa pada saat itu tidak menundukkan Thailand.
Alasan Tidak Dikuasai Bangsa Eropa
Sebelum kita mengetahui kenapa Thailand tidak dijajah Jepang, kita harus melihat jauh sebelum pecahnya The Great War. Pada masa sebelum Perang Dunia, banyak negara yang dijajah oleh Inggris dan Perancis. Peluang Thailand pada saat itu untuk dijajah pun sebenarnya sangat besar. Apalagi negara tetangga mereka seperti Burma–sekarang Myanmar dikuasai oleh Inggris.
Kemudian ada Laos, Vietnam dan Kamboja yang dijajah Inggris. Tentu saja ada alasan yang menjelaskan kenapa Thailand tidak dijajah negara-negara besar dari Eropa tersebut. Berikut ini adalah alasannya.
Siap Beradaptasi
Alasan pertama kenapa Thailand tidak dijajah adalah siap beradaptasi. Sebelum dinamakan Thailand, nama negara ini adalah Kerajaan Siam. Raja Rama VI yang merupakan anak dari Raja V melakukan beberapa kebijakan yang membuat negaranya diterima menjadi satu kesatuan yang utuh tanpa perlu dijajah.
Salah satunya adalah dengan melakukan percepatan modernisasi yang dilakukan pada tahun 1852. Tujuannya tidak lain untuk menjadi Kerajaan Siam menjadi sepadan dengan negara barat saat itu.
Tentu saja langkah ini memberikan banyak perubahan dari semua aspek di seluruh Kerajaan Siam. Hal pertama yang diubah adalah dari pendidikan di Siam yang mengikuti gaya dari Eropa, seperti masuknya pelajaran tentang geografi dan astronomi modern. Tentu saja penerimaan dua mata pelajaran tersebut bertujuan untuk lebih mengenal bangsa Eropa lebih jauh sebelum akhirnya mereka masuk ke negara Siam.
Tidak berhenti disitu saja, Raja Rama VI mengetahui bahwa banyak misionaris Kristen dari Eropa datang ke Siam. Hal ini sendiri dimanfaatkan oleh Sang Raja untuk mengajari keluarga kerajaan untuk bisa berbahasa Inggris. Gebrakan yang paling besar adalah ketika beliau menyewa tentara barat untuk mengajari pasukannya. Kemudian mengangkat hak perempuan dan menghilangkan kawin paksa serta membebaskan selir.
Dengan berbagai macam perubahan ini, harapannya dari pihak kerajaan adalah agar ketika nantinya para penjajah Eropa datang, akan menganggap Siam adalah negara yang maju dan setara dengan mereka. Bukan negara yang terbelakang, sehingga bangsa Eropa enggan untuk menjajah Siam.
Berdiplomasi dan Membuat Perjanjian
Kebijakan selanjutnya adalah dengan melakukan diplomasi dan membuat perjanjian. Satu perjanjian yang sangat terkenal adalah Perjanjian Browing yang Siam sepakati bersama John Browing, Gubernur Hongkong yang datang pada tahun 1854. Dalam perjanjian ini sendiri sebenarnya Siam yang mendapatkan kerugian.
Karena isinya adalah penghapusan terhadap monopoli pajak yang selama ini dijalankan. Tidak hanya itu saja, pihak Inggris meminta untuk hukum terhadap warga Inggris disesuaikan dengan hukum Britania. Pada saat itu, Siam menerapkan hukum yang bernama Nakorn Bala yang berbentuk penyiksaan.
Dengan adanya perjanjian ini memang merugikan Siam terutama dari segi impor. Tapi, karena tidak ingin mendapatkan masalah dan menghindari penjajahan, Siam pun setuju. Dari hasil perjanjian pun akhirnya Siam bergerak ke arah ekonomi internasional dengan berinvestasi di negara Eropa.
Diplomasi pun dilakukan oleh Siam dengan Inggris dan Perancis. Kala itu Perancis ingin menguasai seluruh bagian Siam. Namun, Perancis menyarankan untuk membagi wilayah menjadi dua dengan Inggris.
Adanya keinginan ini pun dicegah oleh Siam dengan membuat perjanjian dan menjadikan kerajaan ini sebagai Negara Penyangga (Buffer State) dan Kerajaan Siam merelakan beberapa daerah kekuasaannya kepada Perancis dan Inggris.
Miskin Sumber Daya Alam
Kemudian setelah Perang Dunia 2 pecah, Kerajaan Siam pun menyadari bahwa harus bertindak agar tidak dijajah oleh Jepang, yaitu dengan mendukung negara tersebut. Pada saat itu, Thailand dipimpin oleh seorang perdana menteri yang bernama Plaek Phibunsongkhram. Ia sendiri lebih cenderung ke arah fasis Jerman–Italia–Jepang.
Ia juga seorang panglima angkatan darat Thailand. Memiliki ideologi yang sama dengan Jepang, Thailand kala itu menjalin kerjasama dengan Jepang. Tujuannya adalah untuk memperebutkan kembali wilayah dari Kerajaan Siam yang pada perjanjian sebagai negara penyangga dengan Inggris dan Perancis diserahkan.
Dengan alasan itulah Plaek Phibunsongkhram dikenal akrab dengan Jepang. Sehingga pihak Jepang pun menganggap bahwa Thailand berada disisinya. Meski tidak pernah dijajah, tapi pada kenyataannya di Perang Dunia 2, Bangkok selalu di bombardir bom oleh pihak Sekutu. Terlebih ada rakyat Thailand yang juga memberontak dan ingin memerdekakan negaranya.
Kedekatan antara Thailand dan Jepang pun akhirnya meluntur saat jatuhnya Mussolini. Kemudian Plaek Phibunsongkhram pun juga semakin turun pamor. Rezim dari Sang Perdana Menteri pun harus berakhir karena digulingkan. Posisinya kemudian diganti oleh seorang bangsawan bernama Khuang Apaiwong.
Sebagai pemimpin baru dan ingin melindungi negara dari tangan Jepang, beliau tetap menjalin hubungan baik dengan Negara Matahari terbit tersebut. Namun, saat Bom Hiroshima–Nagasaki terjadi, Khuang Apaiwong mengumumkan deklarasi yang dilakukan oleh rezim sebelumnya tidak berlaku dan menyerahkan kembali beberapa wilayahnya kepada Sekutu.
Dengan penjelasan di atas, maka sudah dapat dipastikan wilayah di asia ini pada masa perang dunia 2 tidak pernah dikuasai jepang adalah Thailand. Meski sempat mengambil Poros Jerman, tapi Thailand berhasil kembali tegak di atas kakinya sendiri. Sebenarnya alasan lain tidak banyak yang menjajah negara ini karena tidak mempunyai lahan yang subur dan minim sumber daya alam.