the Monkey Times – Sebagian besar dari kita mengenal satu tahun sebagai periode dengan 365 hari, 12 bulan, dan 48 minggu. Lalu kita menyebut bulan pembuka awal tahun sebagai ‘Januari’, dan menyebut bulan penutup akhir tahun sebagai ‘Desember’. Kita semua sepakat menyebut hitung-hitungan periode tersebut sebagai tahun masehi, yang akarnya bermula dari kalender romawi.
Sebutan itu lantas jadi cara khusus untuk merujuk sistem kalender modern, yang sebetulnya merepresentasikan cara Kalender Gregorian dalam menghitung siklus waktu, yang sistematikanya kemudian disepakati secara luas dimana-mana.
Dengan kata lain: Kalender Gregorian adalah sistem kalender yang umum dipakai secara global hari ini. Walau begitu kami ingin meluangkan waktu untuk membahas “leluhur” kalender gregorian terlebih dulu.
Karena itulah kami ingin membawa Anda mengenali Kalender Romawi, sebuah sistem perkalenderan yang mendahului kemunculan Kalender Gregorian.
Pengertian Kalender Romawi
Mengutip situs Time and Date, Kalender Romawi sempat dipakai di zaman romawi kuno. Dan ia bukanlah sistem kalender yang ajek, sebab mengalami revisi beberapa kali dan disesuaikan berkali-kali selama berabad-abad.
Karena itulah tidak ada yang namanya satu versi. Hanya saja kalau bicara siapa yang memulai penggunaan kalender romawi, maka kita bisa merujuk pendiri Roma, Romulus, penguasa yang menginisiasi penggunaan kalender romawi pada 738 Sebelum Masehi.
Sistem kalender itulah yang jadi dasar pembentukan nama-nama bulan, jumlah bulan dalam setahun, sampai jumlah hari dalam satu bulan. Kalau sekarang kita mengenal 30 atau 31 hari dalam satu bulan, dan 28 atau 29 hari di bulan Februari, maka sistem penghitungan tersebut berakar dari kalender romawi jadul. Kita akan melihat praktiknya sebentar lagi.
Nama bulan dalam kalender romawi
Aslinya hanya ada hitungan sepuluh bulan dalam kalender romawi, yang berarti hanya ada 304 hari dalam setahun. Artinya kalau dihitung dengan cara sekarang, ada 61 hari yang tidak dihitung pada sistem penanggalan Kalender Romawi.
Lalu bulan-bulannya dinamai Martius, Aprilis, Maius, Juniius, Quintilis, Sextilis, September, October, November, and December. Kalau kita terjemahkan dalam bahasa sekarang, bulan baru dalam kalender romawi kuno bukanlah Januari, melainkan Maret (Martius).
Tadi kami sudah menulis di atas: kalender romawi mengalami revisi beberapa kali dan berkali-kali pula disesuaikan. Nah, kami ingin mengambil satu contoh kalender romawi yang pernah digunakan di era Republik Romawi (509 sampai 27 Sebelum Masehi), yakni kalender Republikan.
Kalender Republikan Romawi, demikian kita menyebutnya, digunakan dan berevolusi sebelum era agama Kristen. Lema Britannica mencatat karakteristik sistem kalender republikan yang mungkin merupakan hasil evolusi produk kalender lunar Yunani, yang pada dasarnya merupakan sistem yang diturunkan dari orang-orang Babilonia.
Adalah Numa Pompilius, penerus Romulus, yang menginisiasi penggunaan Kalender Republikan. Di kalender inilah Pompilius menambahkan dua nama bulan dalam setahun, yang dinamai Ianuarius dan Februarius.
Daftar lengkap nama bulan dalam Kalender Republikan bisa dilihat pada tabel berikut:
Nama Bulan | Jumlah Hari |
---|---|
Ianuarius | 29 |
Februarius | 28 |
Martius | 31 |
Aprilis | 29 |
Maius | 31 |
Iunius | 29 |
Quintilis | 31 |
Sextilis | 29 |
September | 29 |
October | 31 |
November | 29 |
December | 29 |
Sebagaimana bisa kita cermati dari tabel di atas, sistem kalender romawi ‘Republikan’ sejak saat itu mengenal 12 bulan dalam setahun. Dan dalam setahun ini pula dikenal kemudian empat bulan yang terdiri dari 31 hari, tujuh bulan yang terdiri dari 29 hari, dan satu bulan yang terdiri dari 28 hari.
Dengan tambahan dua nama bulan itu pula, secara otomatis terjadi pergeseran makna bulan dalam setahun. Kita ambil contoh, misalnya, pada bulan September.
‘September’ secara harafiah berarti ‘bulan ketujuh’. Namun karena Pompilius menginisiasi penambahan dua bulan dalam sistem kalender baru tersebut, bulan September bergeser di posisi ke-9 dalam nama-nama bulan dalam setahun. Keganjilan itu tidak pernah direvisi sampai hari ini, dan kita semua kadung mengenal September sebagai ‘bulan kesembilan dalam satu tahun’.
Kalender Republikan menghitung 355 hari dalam setahun. Itu berarti jumlah hari dalam setahun lebih pendek 10 hari ketimbang periode edar orbit bumi terhadap matahari, yang berlangsung 365 hari.
Karena itulah sistem kalender Republikan kemudian menambahkan satu bulan yang disebut intercalaris atau mercedonius setiap beberapa tahun sekali guna menutup kekurangan 10 hari yang hilang akibat sistem penghitungan kalender.
Demikianlah akar hitungan tahun baru Masehi yang sebetulnya bisa dilacak balik sejak periode Republik Romawi. Akar itulah yang kemudian berkali-kali direvisi, sampai kemudian memunculkan hitungan kalender modern seperti yang kita kenal sekarang.