the Monkey Times – Hampir sebulan kami memiliki Poco X3 NFC, sebuah perangkat smartphone yang oleh produsennya disebut-sebut sebagai ‘the Real Mid Range Killer’.
Tapi yah, harga Poco X3 NFC sebetulnya tidak murah-murah amat. Kalau kamu beli lewat aplikasi Mi Store, misalnya, perangkat itu mesti ditebus dengan membayar mahar Rp 3,099,000 untuk tipe RAM 6GB dan Penyimpanan Internal 64GB. Kebetulan kami memilih tipe ini.
Namun kalau Anda membeli tipe yang sama di sembarang konter penjualan hp, dipastikan harganya melejit. Kami mesti membayar mahar Poco X3 NFC sebesar Rp 3,425,000 di sebuah konter yang berada di Plaza Cibubur.
Saingan Poco X3 NFC di rentang harga yang sama
Dengan mahar sebesar itu, boleh lah kita menyebut Poco X3 sebagai smartphone kelas menengah harga Rp 3-jutaan. Rentang harga di titik ini memang kerap disebut sebagai batasan harga dimana sebuah hp disebut berada di kelas mid-range. Dan di kelas ini saingan Poco lumayan banyak.
Ada Realme 7, misalnya, yang di toko resminya dijual seharga Rp 3,698,000 per 14 Februari 2021. Lalu ada Oppo A92 yang di toko resminya dijual seharga Rp 3,399,000. Dan terakhir ada Vivo Y51 yang dijual seharga Rp 3,599,000.
Kamera Poco X3 NFC
Satu hal yang membuat kami tertarik pada Poco X3 NFC pertama-tama adalah desain kamera belakangnya.
Di bagian belakang kami menilai Poco X3 NFC menyajikan formasi empat kamera yang ditempatkan dengan cara yang unik.
Empat modul lensa plus satu modul lampu flash LED ditanamkan di empat sudut persegi panjang, plus satu modul lensa utama ditempatkan di bagian tengah.
Bentuk persegi panjang dengan lengkungan sudut, dengan empat modul lensa ditempatkan diatasnya, sangat menarik perhatian mata. Dan boleh dibilang jadi unsur yang menonjol di bodi bagian belakang Poco X3.
Poco menempatkan empat modul lensa dengan spesifikasi sebagai berikut:
- Kamera utama 64MP Sony Sony IMX682, 1,6μm 4-in-1 Super Piksel, ukuran sensor 1/1,73“, f/1.89.
- Kamera 13MP sudut lebar 119° FoV, f/2.2
- Kamera makro dengan ukuran piksel 1,75μm, f/2.4, FF (4cm)
- Kamera 2 MP (dengan sensor kedalaman) ukuran piksel 1,75μm, f/2.4
Setelah tahu speknya, kami ingin melakukan serangkaian pengujian dengan memainkan sederet fitur fotografi mobile yang disediakan Poco di X3-nya itu.
Tapi sebelum menunjukkan hasil fotonya, kami mesti mengingatkan bahwa uji coba kamera yang kami lakukan tidak memanfaatkan seluruh fitur fotografi di perangkat tersebut.
Kami melakukan pengetesan secara default, artinya tidak memanfaatkan fitur AI yang tersemat di modul kamera Poco X3, dan tidak juga memanfaatkan mode lain yang disediakan Poco.
Satu-satunya mode “buatan” yang kami manfaatkan adalah night mode, itupun sebatas membandingkan antara hasil foto malam hari tanpa night mode maupun yang memakai mode tersebut.
Kami melakukan itu karena kebanyakan pengguna tidak memakai seluruh mode kamera yang disediakan Poco X3. Pokoknya asal bisa ambil foto bagus tanpa harus diribetkan segala macam mode kamera, masalah selesai.
Jadi kami membayangkan diri sebagai pengguna awam yang hanya ingin memanfaatkan kamera handphone dengan cara yang mudah.
UI kamera Poco X3 NFC
Sama seperti smartphone Xiaomi lainnya, UI kamera Poco X3 NFC terbilang intuitif, alias mudah dioperasikan.
Fungsi kamera diletakkan dalam urutan slide yang bisa digeser dengan mudah. Fungsi ini memudahkan kami berpindah dari satu fungsi ke fungsi lain. Di atas layar pengguna bisa memilih fungsi kamera, dengan pilihan paling mudah ada pada fungsi “Foto”.
Kalau Anda menekan tombol rana berwarna putih ketika fungsi ini dipilih, kamera akan mengatur segala hal terkait pengambilan gambar secara otomatis.
Menu hamburger di pojok kanan atas akan membawa pengguna ke beberapa opsi pengaturan aspect ratio foto (standar 3:4), pengaturan timer, dan setelan kamera. Masuk ke menu “setelan kamera”, dan Anda bisa melakukan penyesuaian fungsi kamera agar berjalan sesuai kebutuhan.
Geser slide ke posisi “Pro”, maka seluruh pengaturan terkait White Balance, F, kecepatan rana, ISO, EV dan jenis lensa yang dipakai, bisa diatur secara manual. Kami ragu banyak orang yang menggunakannya, sebab fungsi tersebut membutuhkan kemampuan profesional untuk mengatur fungsi manual kamera agar bisa mendapat hasil foto yang bagus.
Lalu bila pengguna menggeser ke fungsi “Potret”, maka yang didapatkan adalah hasil foto dengan latar belakang yang terlihat buram. Istilah kerennya bokeh. Jadi kalau Anda termasuk orang yang suka dengan foto bokeh, fungsi itu boleh lah sekali-kali dijajal.
Di fungsi “Lainnya” pengguna mendapat lebih banyak opsi untuk mengatur kamera ke mode yang diinginkan, sebutlah misalnya seperti mode 64M, mode malam, panorama, gerak lambat, dan lain sebagainya.
Hasil Foto Poxo X3 NFC
Hasil foto siang hari yang diambil menggunakan Poco X3 terbilang bagus – dan mungkin yang terbaik – untuk perangkat smartphone di kelasnya.
Kami mengambil dua foto memakai mode standar, dengan dua output berbeda, yakni pada aspect ratio 3:4 dan 9:16. Omong-omong, secara default Poco X3 menghasilkan foto dengan resolusi 16M.
Kami juga sempat bermain-main dengan mode kamera macro bawaan Poco X3. Dan hasilnya tidak buruk.
Fokus kamera macro Poco X4 NFC diset di mode fixed. Artinya Anda harus mendekatkan kamera hingga 4cm dari objek, dan kemudian mengambil foto berulang-ulang sampai mendapatkan hasil terbaik.
Di tangan kami hasil foto macro-nya tidak mengecewakan. Detil foto terbilang cukup dan noise bisa ditekan dalam jumlah minimum. Jadi kalau Anda sewaktu-waktu ingin memotret bunga dari jarak dekat, mode macro Poco X3 NFC boleh diandalkan.
Sayangnya hasil foto yang diambil pada malam hari tidak terlalu memuaskan, meski tetap lumayan bila Anda memakainya untuk tujuan posting di media sosial. Objek yang terpotret tidak terlalu detil, dengan saturasi warna yang di mata kami terlihat berlebihan.
Kekurangan tersebut bisa diperbaiki, memanfaatkan mode malam (night mode) yang disediakan Poco di perangkat X3. Dengan kata lain, kami menyarankan Anda menghidupkan mode malam ketika memakai X3 NFC untuk mengambil gambar dalam kondisi kurang cahaya.
Kesimpulan
Hasil fotonya bagus. Dengan catatan bila Anda melakukan pemotretan di mode auto pada siang hari – atau setidaknya di lingkungan yang penuh cahaya.
Hanya saja bila membahas hasil foto malam hari, kami yakin sepenuhnya bahwa Poco gagal memberikan hasil foto terbaik untuk perangkatnya yang unik itu.
Tapi kami rasa kekurangan itu masih bisa diterima dengan baik oleh kebanyakan orang.