the Monkey Times – Perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan agama Islam tentunya tidak mudah. Ada banyak perjalanan panjang, pertumpah darahan hingga kematian karena perang. Semuanya dilakukan semata untuk mempertahankan agama Islam yang waktu itu masih berusia muda.
Salah satu perang yang tak bisa dilupakan begitu saja adalah Perang Uhud yang terjadi pada 22 Desember 624 atau pada 7 Syawal tahun 3 Hijriah. Disebut Uhud karena perang ini terjadi di lembah yang berada di utara Gunung Uhud.
Berawal Dari Kekalahan Kaum Quraisy di Perang Badar
Pada bulan Ramadhan 624 Masehi, kaum kafir Quraisy mengalami kekalahan dalam perang Badar. Dan karena rasa kecewa itulah Abu Sufyan, yang merupakan penduduk Mekkah dan tidak mengakui kenabian Nabi Muhammad SAW mendesak penduduk Makkah. Tujuannya untuk melakukan serangan balasan. Bahkan Abu Sufyan sendiri yang memimpin pasukan Quraisy Makkah untuk membalas kaum Muslimin. Dengan berbekal sekitar 3000 orang pasukan terlatih.
Bukan hanya pasukan berbaju Zirah yang terlatih, pasukan perang ini juga diperkuat dengan pasukan Kaveleri yang jumlahnya 200 pasukan. Pasukan ini mulai bergerak menuju Lembah Sabkhah yang jaraknya tak jauh dari Madinah. Selama pergerakan ini, Kaum Muslimin tidak tahu menahu, jika Abu Sufyan dan pasukannya sudah membuat pemukiman yang jaraknya begitu dekat dengan Madinah. Hingga kemudian setelah 2 sampai 3 hari Kaum Muslim mengetahuinya.
Informasi tersebut disampaikan oleh Abbas selaku Paman Nabi yang berada di Makkah secara diam diam melalui surat. Dari informasi mata mata yang dikirimkan oleh Kaum Muslimin akhirnya, kaum Muslimin mengadakan pertemuan di 6 Syawal 3 Hijriah. Dari pertemuan ini, Rasulullah memutuskan untuk meminta kaum Muslimin bertahan dan tetap di dalam kota. Berharap dengan strategi ini mampu untuk memukul mundur musuh.
Apalagi saat ini kondisi pasukan Muslimin juga belum siap. Euforia kemenangan Perang Badar masih begitu terasa. Sementara pasukan musuh memiliki pengalaman dan juga persiapan yang lebih unggul. Keputusan Nabi ini tentunya mengundang ketidaksetujuan beberapa kalangan. Namun Nabi tak membalas usulan apapun dan bergegas menggunakan Baju Zirahnya. Hal ini tentunya membuat para sahabat kaget dan juga merasa membangkang perintah Rasulullah.
Akhirnya para sahabat meminta Hamzah bin Abdul Muttalib selaku paman Rasulullah untuk menemui Nabi. Dengan mengatakan bahwa segala keputusan telah diserahkan kepada Rasulullah. Hamzah segera bergegas menemui Rasulullah dan menyampaikan pesan tersebut. Kemudian Nabi bersabda “Tidaklah seorang Nabi, jika Ia telah mengenakan baju Zirahnya, lalu menanggalkannya serta surut sebelum perang dilaksanakan”.
Pasukan Terus Berkurang dan Kaum Muslimin Menerima Kekalahan
Berkat sabda Rasulullah, pasukan kaum Muslimin segera menuju Pegunungan Uhud dengan pasukan berjumlah 1000 pasukan saja. Pasukan ini terus berkurang ketika ada perselisihan di tengah jalan sejumlah 300 pasukan yang dipimpin Abdullah bin Ubay bin Salul. Dengan pulangnya pasukan Ibnu Salu, maka Kaum Muslimin hanya dengan 700 pasukan saja.Dan masih harus berkurang sebab, ada barisan yang masih sangat muda.
Begitu tiba di Bukit Uhud, Nabi Muhammad segera mengatur pasukan dalam beberapa formasi. Seperti di puncak Bukit yang dipimpin Abdullah bin Jubair, dan sisanya di bawah bukit. Diriwayatkan dalam Imam Muslim, peperangan terjadi dengan begitu dahsyat. Awalnya kondisi dikuasai oleh pasukan Rasulullah, tentunya berkat para pemanah di atas bukit yang bisa melihat musuh leluasa. Namun keadaan berbanding terbalik begitu saja ketika kaum Muslimin lengah.
Merasa sudah di atas awan, sehingga perang yang makin memanas tak bisa dielakkan. Tanpa tahu mana kawan dan musuh mereka dan korban jiwa berjatuhan. Kaum Muslimin yang gugur mencapai 70 hingga 75. Berbanding terbalik dengan Kaum Quraisy yang hanya berjumlah 22 sampai 37 saja. Dan di tengah peperangan Uhud ini Nabi harus kehilangan Hamzah bin Abdul Muttalib.
Hamzah bin Abdul Muttalib di Bunuh Seorang Budak Bernama Washyi bin Harb
Sosok budak bernama Washyi bin Harb tentunya menjadi budak yang tidak asing. Sebab budak inilah yang membunuh paman Rasulullah dalam perang Uhud. Budak berkulit hitam ini merupakan budak milik Hindun binti Utbah, istri dari Abu Sufyan. Hindun sendiri sangat menentang agama Islam dan kehilangan banyak saudaranya ketika perang Badar. Dengan iming iming merdeka, Washyi bin Hard disewa Hindun untuk membunuh Hamzah bin Abdul Muttalib.
Dengan cara menyamar sebagai pasukan diantara pasukan Quraisy, Wahsyi memang pandai dan ulung dalam menombak. Dengan terus membidik sasaran pada Paman Nabi, akhirnya Hamzah terkena tombak pada pinggang yang menembus hingga dua paha bagian depan. Hamzah masih berusaha berdiri, namun akhirnya wafat sebagai syahid di Perang Uhud. Gugurnya Hamzah bin Abdul Muttalib menggores duka mendalam bagi Rasulullah SAW.
Duka yang mendalam dirasakan Nabi, bukan hanya karena gugurnya Hamzah namun jasadnya juga dikoyak tak manusiawi. Sejarah mengenai perang Ubud ini semoga mampu memberikan pelajaran bagi umat Muslim kini. Bagaimana Nabi begitu gigih dalam membela agama Allah. Banyak sahabat serta keluarga Rasulullah yang gugur hanya demi berdiri di jalan Islam.