tmtimes.id – Sudah berbulan-bulan lalu sejak Gini Wijnaldum dikaitkan dengan pelatih baru Barca, Ronald Koeman, yang dikabarkan ingin mengikat sang pemain supaya berlabuh di klub catalan itu.
Walau begitu, kondisi keuangan Barcelona yang jauh dari kata sehat membuat keinginan mengikat Wijnaldum jadi tertunda. Dan karena faktor itu pula Barcelona dilarang membeli pemain.
Keputusan pelarangan yang keluar dari otoritas La Liga ini otomatis membatalkan keinginan melanjutkan proses transfer Wijnaldum dari Liverpool, setidaknya sampai Barca melunasi tagihan gaji setahun senilai £ 510 juta atau sekitar Rp 9,7 triliun.
Dengan kata lain, Barcelona boleh saja menghamburkan uang untuk mendatangkan Wijnaldum – yang kontraknya akan selesai setahun lagi – namun mereka harus menjual pemain terlebih dulu supaya mendapatkan dana segar.
Aturan tersebut mengacu kepada otoritas La Liga yang memang diperbolehkan turut campur dalam setiap proses jual beli pemain di La Liga. Tangan otoritas di La Liga jadi semacam hal lazim, yang akarnya bisa dilacak ke otoritas yang lebih tinggi lagi.
Selama krisis kesehatan akibat COVID-19, pemerintah Spanyol diketahui memberikan bantuan finansial bagi klub-klub yang berada di bawah naungan pengelola liga.
Karena kebijakan itu pula, Barcelona terkena aturan, bahwa mereka harus membayar sejumlah uang yang nilainya sama dengan nilai beli pemain ke otoritas pemerintah.
Sederhananya, selama Barca belum menjual pemain, dan mampu membayar biaya transfer kepada otoritas, maka barulah mereka boleh melakukan transaksi pembelian Wijnaldum.
Di mata otoritas La Liga, aturan tersebut bukan dimaksudkan untuk mengekang, melainkan melindungi kepentingan Barca sendiri. Klub catalan itu diberitakan mengalami kerugian sekaligus sedang berjuang keras membayar gaji selangit pemain-pemain bintangnya.
Efek pagebluk sendiri memang berdampak besar. Barcelona dilaporkan mengalami kerugian sebesar £ 300 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun dalam enam bulan, tulis the Mirror. Akibatnya bintang-bintang Nou Camp mengalami pemotongan gaji sampai 70 persen.
Sejak pagebluk melanda seluruh negara, La Liga mengeluarkan aturan untuk klub-klub di divisi teratas liga supaya membatasi jumlah uang yang bisa dihabiskan di bursa transfer. Aturan tersebut berbeda dengan UEFA’s Financial Fair Play yang mengatur keseimbangan neraca klub-klub elite Eropa selama lima tahun belakangan.
“Klub-klub menyetujui sistem ini sebagai reaksi pada periode ketika mereka berjuang untuk membayar gaji para pemain, karena mereka terus-menerus menghabiskan uang. Tidak ada yang ingin kembali ke situasi itu, ” kata Direktur Komunikasi La Liga Joris Evers, seperti dikutip the Mirror.
Dengan munculnya kabar tersebut, kemungkinan besar Wijnaldum tetap bertahan di Liverpool. Lebih jauh lagi, aturan yang dikenakan kepada Barcelona tidak hanya berlaku semata bagi klub besar seperti mereka.
Klub-klub La Liga sudah beroperasi di bawah aturan finansial yang sangat ketat, terutama sejak krisis kesehatan global yang sudah berlangsung selama 7 bulan.
(sumber: Sportsmole/the Mirror)